7 November lalu, sesudah melantik Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Susilo Bambang Yudhoyono Presiden Indonesia menegaskan dengan suara yang cukup lantang, pemerintah tidak akan mengambil opsi menaikkan harga BBM, alias bahan bakar minyak di tahun 2008. Alasannya, dengan kondisi harga minyak dunia yang melambung tinggi, negara justru diuntungkan dengan penerimaan ekspor migas, yang juga ikut terkerek naik. Kalau bahasa kerennya, negara dapat windfall dari kenaikan harga ekspor minyak dan gas bumi.
Waktu terus berganti, dan akhirnya tibalah negeri yang konon katanya gemah ripah loh jinawi ini, di bulan Mei 2008, persisnya tanggal 23 jam 21.30 Waktu Indonesia Barat. Justru di saat inilah, apa yang selama ini ditakutkan masyarakat terbukti. Sepuluh menteri yang hadir di gedung Departemen Keuangan, mengumumkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak, yang enam bulan lalu, justru ditentang oleh Presiden sendiri. Harga Bengsin alias Premium, naik dari 4500 perliter, menjadi 6000 Rupiah perliternya. Solar alias Diesel Oil, naik dari 4300, menjadi 5500 Rupiah perliter. Sementara minyak tanah, atau lengo gas, naik dari 2000, menjadi 2500 Rupiah seliternya.
Pengumuman kenaikan ini, sangat jelas MENYAKITKAN hati masyarakat, terutama mereka yang tingkat kemakmurannya masih jauh dibawah, alias masih miskin. Apalagi masih jelas terngiang, bahwa pemerintah sudah menyatakan tidak akan menaikkan harga BBM sampai 2009. Jadi lepas dari itu, wallahualam bishawab. Tapi yang terjadi sekarang, justru disaat masih segar dalam ingatan kita, apa yang dinyatakan oleh pemerintah, yang kalau kata orang Surabaya cangkem iki dhurung mingkem, ternyata mereka yang ada di kursi pemerintahan itu, justru menaikkan harga kebutuhan yang menjadi tulang punggung sarana transportasi orang-orang untuk beraktivitas, mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin lama semakin mencekik.
Aksi unjuk rasa yang dilakukan kawan-kawan mahasiswa, mulai dari yang damai sampai yang keras dan bentrok dengan petugas, ternyata tidak mampu membuat menteri-menteri yang konon katanya berkompeten, untuk mencari jalan alternatif supaya kenaikan harga BBM tidak naik, seperti yang dijanjikan bos mereka 7 November 2007. Seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, ternyata si bos dan kacung-kacungnya itu MBIDHEK, KOPOK, TULI, TOREK, COROK, DUBLEG, CONGEKAN, dan lain sebagainya. Samasekali tidak ada kepedulian tentang efek berantai atau multiplier effect akibat kenaikan harga BBM. Bahkan sampai ada yang rela mogok makan, demi supaya suara mahasiswa, yang juga merupakan aspirasi masyarakat, akan bisa meluluhkan hati para penggedhe yang sudah kadung jadi batu karang. Tidak cuma di Surabaya, Jakarta dan beberapa kota lain juga ada yang menggelar aksi mogok makan, supaya pemerintah tidak jadi menaikkan harga BBM. Berhasil? TIDAK!! Karena sekarang harga BBM sudah naik.
Meski begitu, ternyata para mahasiswa tidak mau menyerah. Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan sebuah stasiun televisi swasta, sebagian mereka ada yang berjanji, akan ada aksi yang sama persis dengan Reformasi 1998, kalau pemerintah benar-benar menaikkan harga BBM. So, tunggu saja, apakah niatan seperti itu akan bisa jadi kenyataan. Karena akibat pengumuman yang dilakukan Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan, yang sekaligus bertindak sebagai jurubicara para menteri itu, sebagian masyarakat Indonesia langsung menyerbu SPBU, karena tidak terima dengan harga baru yang akan diterapkan. Bukan cuma kota besar seperti Jakarta atau Surabaya, bahkan Medan dan Makassar pun juga dipenuhi antrian pembeli bensin, yang masih ingin merasakan sisa-sisa perjuangan aspirasi mereka yang gagal itu. Celakanya, ada kemungkinan aksi demo mahasiswa menentang kenaikan harga BBM, akan kembali menjadi aksi berdarah seperti Mei 1998, sesudah ada pernyataan dari Joko Susilo Utomo Pangdam VII Wirabuana, aparat akan menggunakan peluru tajam, kalau aksi mahasiswa makin besar. Ada satu pernyataan lagi yang muncul dari Syamsir Siregar Kepala Badan Intelejen Negara. Dia menuding aksi-aksi mahasiswa menentang kenaikan harga BBM itu, ditunggangi oleh mantan menteri. Pernyataan itu langsung dibalas oleh mahasiswa. Mereka menjelaskan, wong untuk gerakan ini saja mereka harus urunan, harus saweran, lha kok malah dituding ditunggangi....
Saya kutip dari Tempo Interaktif, malam ini 20 mahasiswa dari Front Perjuangan Rakyat, bergerak ke Istana Negara, untuk mendesak pemerintah membatalkan keputusan kenaikan harga BBM. Berhasilkah mereka? Atau akankan ada demo berdarah lagi seperti 10 tahun lalu, yang berakibat tewasnya beberapa mahasiswa? Hmmm.....
Kalau review lagi tentang janji-janji SBY dan JK waktu kampanye, akan ada perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik. Tapi dari sebuah wawancara yang saya dengar dari salah satu radio Jakarta, H.S. Dilon seorang ekonom mengatakan, kebijakan Presiden dan Wakilnya saat ini, samasekali tidak membumi, dan tidak mencerminkan fungsi pemerintah sebagai pengayom rakyat. Menurut Dilon, pemerintah samasekali tidak mau memikul tanggungjawabnya dengan beban seperti sekarang, dan lebih memilih menyerahkan semuanya kepada rakyat. Jadi, yang namanya janji dan pernyataan tidak akan ada kenaikan harga BBM, hanya sebuah JANJI KOSONG BUAIAN PERADUAN BELAKA!!!! Dilon bahkan menyarankan, gaji-gaji mereka yang jadi penggedhe itu harus diturunkan, supaya mereka juga merasakan apa yang dirasakan oleh rakyat.
Beragam pendapat dan usulan sudah disampaikan para pakar, mulai ekonom sampai pengamat sosial. Sebagian besar mereka menentang kenaikan harga BBM, yang akan membawa dampak berantai yang sangat menakutkan bagi masyarakat, terutama mereka yang menengah kebawah. Memang seringkali kita dengar, kalau ada kata-kata masyarakat, selalu ada pertanyaan masyarakat yang mana? Sungguh itu adalah pertanyaan MAHABODOH yang tidak berperikemanusiaan. Kalau ada yang bertanya seperti itu, berarti orang ini tidak pernah nonton tivi, denger radio, atau baca koran dan majalah berita. Oya ada lagi. Begitu para wartawan mulai kasak-kusuk untuk konfirmasi pernyataa Presiden 7 November lalu, tidak akan ada kenaikan harga BBM, karena itu bukan opsi yang diambil pemerintah, Hatta Radjasa Menteri Sekretaris Negara langsung membantah dengan mengatakan, "Presiden tidak pernah menyatakan berjanji tidak akan menaikkan harga BBM. Jadi marilah kita beretika dalam berpolitik...." Lha terus, pernyataan Presiden kalau tidak ada opsi kenaikan harga BBM tahun 2008, apa itu bukan janji? Atau karena yang ngomong cuma Presiden, dianggap itu bukan suara pemerintah? Well, itulah pernyataan yang muncul dari seorang mantan Menhub gagal, yang pernah dengan konyolnya latah menyatakan pesawat Adam Air yang jatuh di Majene 1 Januari tahun lalu sudah ketemu, padahal itu cuma kabar burung, hehehe!
Sementara kalau melihat kompensasi yang akan diberikan ke masyarakat bawah, ternyata juga masih berupa Bantuan Langsung Tunai alias BLT. Padahal sudah banyak masukan dari para pakar, sebaiknya jangan diberikan bantuan langsung seperti itu, karena hanya akan membuat masyarakat terdidik untuk mengemis. Tapi lagi-lagi, program yang pernah sukses memunculkan orang-orang miskin baru itu, kembali dimunculkan. Rencananya 24 Mei atau hari Sabtu ini, BLT akan dibagikan di kantor pos. Padahal, program ini ditolak beberapa wilayah seperti Bandung dan sekitarnya, dengan alasan apapun. Memang ada sebuah ironi, bahwa ternyata data jumlah orang miskin di Badan Pusat Statistik, Depkes, dan Dinas Kependudukan, berbeda-beda. Tapi penolakan sudah muncul, meski akhirnya toh mau tidak mau harus jalan juga, karena keputusan sudah diumumkan.
Terlepas dari program-program yang sudah dicanangkan, entah berhasil entah tidak, yang jelas, kenaikan harga BBM ini sudah membuktikan, pemerintah hanya bisa berjanji, tanpa bisa menepatinya. Kalau kata Betharia Sonata, Janji-janji tinggal janji, bulan madu hanya mimpi, janji-janji tinggal janji di bibirmu........
No comments:
Post a Comment