Saturday, September 22, 2007

Puasa, apanya?


Nggak kerasa, Ramadhan udah datang lagi, lengkap dengan segala pernak-perniknya. Mulai janji Allah tentang pahala, sampai pembebasan dari api neraka. Nah, ini juga jadi momen yang tentu nggak akan dilewatkan siapapun. Mulai dari anak sekolahan, sampai yang udah kerja. Dari yang rakyat kelas emper toko, sampai pejabat yang kemana-mana naik Alphard lengkap dengan home theatre-nya. Dan kalo sudah masuk bulan yang satu ini, perlombaan ngaji, tadarus, maupun kegiatan yang berbau ibadah lainnya, marak dimana-mana. Kalo ditanya tujuannya, pasti semua punya jawaban seragam,"Mumpung lagi bulan suci, kan pahalanya berlipat ganda. Ngerjakan sholat sunnah, pahalanya aja setara sholat wajib. Lha kalo sholat wajib? pasti pahalanya lebih gede lagi." dan sebagainya dan sebagainya.

Dan nggak cuma di masyarakat. Namanya media massa, juga semua berlomba menyambut datangnya bulan yang penuh berkah ini. Semua tayangan yang berbau setan, digusur tayangan berbau Tuhan. Jadi inget kata guru agama waktu SD dulu. Waktu puasa itu, setan diborgol, dikecrek kalo kata orang Jawa. Jadi nggak ada lagi yang nggodain kita manusia. Nggak ada lagi yang nyuruh orang untuk nyolong motor orang kayak Swiper nyolong ranselnya Dora. Terus, artis-artis yang biasanya berpenampilan aduhai...yang lekuk liku bodinya selalu bikin kaum adam betah di kamar mandi, mendadak tampil sangat alim, sopan, berpakaian tertutup, berjilbab pula. Padahal di hari biasa, gilirang ditanya alasan suka pake baju seksi, jawabannya singkat,"I love being sexy."

Nah, kalo udah gini, saya juga jadi inget kotbah para ustadz yang selama ini terngiang di benak saya. Ada yang bilang, ibadah umat kita sekarang itu, ibarat ibadahnya para pedagang. Bahkan mungkin lebih parah lagi, ibadahnya rentenir. Kan cocok tuh? Rentenir selalu ingin uangnya berbunga berlipat-lipat, kalo dipinjamkan ke orang lain. Memang, ada satu buku yang punya judul,"Kalau Mau Untung Besar, Berbisnislah Dengan Allah." Tapi yang terjadi di sekitar kita, ibadah jor-joran karena pas bulan puasa pahalanya sangat besar. Jadinya, giliran bulan Ramadhan, anak jalanan yang biasanya diuber-uber Satpol PP karena dianggap ngerusak pemandangan, dan ngrusuhi kota, mendadak jadi orang paling bahagia sedunia, karena begitu banyak santunan mengalir pada mereka. Pun juga para fakir miskin dan yatim piatu. Kebahagiaan mendadak mereka rasakan, dengan banyaknya bantuan mengalir, mulai dari pengusaha, konglomerat, sampai para calon pejabat yang lagi pedekate ke masyarakatnya lewat program turba alias turun kebawah.

Lagi-lagi saya teringat kotbah yang pernah saya denger, ada 3 macam ibadah yang dilakukan manusia. Yang pertama ibadahnya budak. Ini ibadah yang dilakukan orang, karena takut adzab Allah. Yang kedua, ibadahnya pedagang. Yang ini, kayaknya udah jelas tujuannya. Beribadah semata-mata karena ingin pahala yang besar. Mirip pemenang hadiah jutaan rupiah, yang cara dapetinnya tinggal meraup uang, seperti undian salah satu bank dulu. Yang ketiga, nah ini yang paling sulit. Ibadahnya orang merdeka. Kalo udah masuk kategori ini, berarti kita beribadah, karena kita betul-betul merasa merdeka, dan ibadah itu kita lakukan sebagai wujud syukur pada Allah.

Rasulullah pernah bersabda, kalau ada seseorang yang berpuasa, tapi tetap melakukan perbuatan yang tercela, berarti dia tidak akan dapet apa-apa selain laper dan haus aja. Padahal puasa itu kan, kalo tercantum di QS 2:183 tujuannya supaya kita bertakwa. Nah, makanya yang diseru di Quran itu nggak sembarang orang Islam, tapi orang yang beriman. Dan puasa itu memang ada 3 tingkatan. ini yang saya denger waktu kotbah Jumat kemarin. Yang pertama itu puasa badan, yaa laper haus ini. Yang kedua puasa jiwa, jadi kita akan mampu lebih sabar dan menahan diri. Yang ketiga, ini puasanya Ruh. Kalo udah gini sih, termasuk tingkatannya sufi, yang benar-benar puasa karena niat pada Allah semata. Jadi yang lain-lain pasti mengikuti.

Kalo sekarang, kita bisa mendinginkan hati dengan ceramah-ceramah agama ustadz yang kita sukai. Lha kalo Ramadhan udah lewat? Yaaa...jelas nggak ada lagi dong! Ramadhan lewat, yaa lewatlah semuanya...perlombaan sudah selesai. Dan semua kembali ke habitat masing-masing. Yang suka baju seksi yaa pake tanktop lagi. Yang emang doyan dugem, yaa jedung-jedungan lagi di diskotik. Seakan kita cuma memperingati sebuah momen, yang kemudian berlalu begitu saja kalau momen itu sudah selesai. Persis perayaan 17 Agustusan. Menjelang perayaan, para veteran perang mendadak kayak artis top. Diwawancara, dibuatin profil, diangkat dalam features media. Selesai 17-an, yaa balik lagi meratapi nasib mereka yang merana, karena nggak ada kepedulian dari pemerintah...Kalo udah gitu.....tarik nafas panjang aja deh........

Tuesday, September 04, 2007

Consider to Out?

Makin lama kok rasanya aku makin nggak bisa ngerasain suasana enjoy ditempat kerjaku ya? Padahal dibilang jenuh yaa..emang kerjaannya kayak gitu, jadi mau dibilang jenuh gimana? Tapi barangkali bener yang dibilang sebagian orang, kadang-kadang rutinitas itu justru berakibat hilangnya sebuah rasa, sebuah semangat, sebuah keinginan untuk membuat sesuatu yang baru. Apalagi kalau kemudian ternyata langkah kita itu seringkali tidak dapat tanggapan berarti, usulan-usulan kita juga tidak pernah terakomodir, kecuali kalo mereka yang dekat dengan pucuk kekuasaan, jadinya akan lebih mudah buat segalanya. Contoh aja ada satu rekan kerja yang dengan santainya bisa cuti mendadak dan melimpahkan tugas-tugasnya ke orang lain. Selidik punya selidik, ternyata dulu dia satu sekolahan sama manajer, jadi meskipun statusnya cuma staf alias bawahan, tapi dia bisa bertindak seenak udelnya.

Udah gitu, makin lama makin terlihat orang-orang yang kerjaannya cari perhatian dan simpati dari atasan. Kalo ada meeting selalu nyari-nyari kesalahan orang lain, kemudian mengagulkan diri sendiri. Ini yang makin lama bikin makin eneg kerja disini. Emang sih bayaran lumayan gede, tapi kalo situasinya seperti ini yaa lama-lama nggak betah juga. Kalo katanya Rheinald Kazali, reward dan punishment itu kudu jelas. Kalo memang kita berhasil meraih keberhasilan tertentu, kasih dong penghargaan. Atau sekali waktu, ajak karyawan atau bawahan itu bersantai sejenak, selain melepas kejenuhan dan kepenatan, juga untuk memunculkan kembali motivasi, supaya mucnul pemikiran, oya bosku perhatian banget, perusahaan care banget sama karyawannya. Dari situ kemudian muncul motivasi, gimana caranya berbuat yang terbaik untuk kelangsungan hidup perusahaan maupun dirinya.

Ada satu cerita di Malaysia. Ketika perusahaan itu sudah dalam kondisi kolaps, dan sudah diambang kehancuran, ternyata yang dilkaukan bosnya, bukan melakukan PHK atau yang biasanya diistilahkan dengan rasionalisasi. Yang dilakukan justru semua karyawan diberi liburan seminggu, tiket berlibur plus akomodasi untuk nginep sekeluarga. Dalam amplop yang diberikan pada karyawan, juga diberikan sebuah surat, yang tulisannya, "Perusahaan sudah peduli pada anda. Sekarang mari kita bersama-sama membangun perusahaan ini, kita bareng-bareng bangkit dari kegagalan. Ajaib!! Para karyawan semuanya terharu, dan bertekad untuk menegakkan kembali kejayaan perusahaan. Dan akhirnya, perusahaan ini bangkit, dan mampu menuai untung yang sangat besar.

Balik lagi ketempat kerjaku. Ada temen kerja yang pernah bilang, waktu itu ada yang tanya, kenapa kok nggak pernah ada program liburan lagi. Karena dulu tiap tahun selalu ada program liburan karyawan, dengan memberangkatkan entah ke Bali, atau tempat wisata lain. Nah, pas itu ditanyakan pada pemilik perusahaan, jawabannya adalah,"Terus perusahaan dapet keuntungan apa, dengan memberangkatkan kalian liburan? Toh setelah itu masih ada saja yang bolos kerja...:"

ALLAHU AKBAR.....!!!!!