Tuesday, May 27, 2008

MELILEA GREENFIELD ORGANIC DAN SUSU KEDELAI BUBUK

Dear friends,

Saya juga mau numpang ngiklanin produk yang saya jual, di web ini, mumpung gratis dan ini kan rumah sendiri, hehehehe!!

Pastinya udah pada tau Melilea kan? Yup! Sebuah brand yang juga sudah mendapat berbagai penghargaan internasional karena mutu dan khasiatnya yang sudah diakui. Nah, yang mau saya tawarin ada dua macem:

Yang pertama, ya seperti gambar disamping ini, namanya Greendfield Organic, yang terbuat dari bahan-bahan alami seperti biji-bijian (gandum, beras, jagung, dan barley), dan juga ekstrak bahan-bahan alami lainnya termasuk wortel, seledri, dan oat bran. Greenfield Organic berfungsi menjaga kesehatan, khususnya pencernaan, dan sangat baik untuk teman-teman yang ingin mengurangi berat badan, tanpa harus kehilangan nutrisi yang penting untuk tubuh. Cara mengonsumsinya cukup mudah, satu sendok takar Greenfield Organic dilarutkan dalam 250 cc air, boleh air putih (kalo suka rasanya yang hambar) atau bisa dicampur jus jeruk kesukaan masing-masing. Oya, kalau sudah beberapa hari mengonsumsi Greenfield Organic, dan teman-teman merasa seperti meriang atau tidak enak badan, tidak perlu panik, karena itu adalah reaksi tubuh yang menyesuaikan diri akibat racun-racun dan zat-zat yang tidak berguna dalam tubuh berhasil dikeluarkan dengan bantuan Greenfield Organic.

Berikutnya yang saya mau informasikan ke teman-teman adalah Susu Bubuk Kedelai, masih dari produk Melilea seperti gambar disamping kanan ini.

Susu bubuk kedelai Melilea terbuat dari kedelai organik, yang ditanam khusus di tanah hitam yang subur di Heilongjiang, di timur laut Cina. Selain orang dewasa, anak-anak juga bisa mengonsumsi susuk kedelai bubuk ini. Sepupu saya sudah membuktikannya. Dia punya anak kembar yang sekarang berusia 3 tahun. Karena tidak cocok dengan susu formula atau susu sapi, dia berkonsultasi dengan dokter, dan dianjurkan mengonsumsi susu kedelai. Alhamdulillah, kedua anak sepupu saya cocok dengan produk Melilea ini. Cara mengosnumsinya juga cukup mudah, tinggal larutkan 3-4 sendok makan susu kedelai bubuk Melilea kedalam segelas air hangat atau dingin, aduk, dan siap untuk dikonsumsi.

Kalau teman-teman ada yang kurang jelas, atau ingin bertanya lebih lanjut, monggo kontak saya Yuki, di 08165431630 kapanpun teman-teman sempet. Atau kalau pas lagi jalan-jalan, bisa juga mampir ke stand Avione Kosmetik milik mertua saya, di Jl. Ahmad Yani 183. Bisa tanya-tanya sama mertua saya, ibu Sustiati, atau dengan saudari Meidya Suci. Kontak-kontak dulu juga bisa, di 03160646410. Semoga bermanfaat ya teman-teman, dan thanks buat perhatiannya.

Saturday, May 24, 2008

Sebuah Teladan Yang (Masih Sangat Sulit) Diteladani

Kisah ini saya dapat dari khotbah beberapa pemuka agama (Islam), tentang sosok seorang khalifah, atau kalau zaman sekarang identik dengan pemimpin suatu kaum atau bangsa. Yang beragama Islam tentu sudah tidak asing lagi dengan nama Umar bin Khattab, atau mungkin juga disebut sebagai Sayyidina Umar. Mohon maaf kalau saya keliru menulis, karena ini berdasarkan ingatan, dan sebuah inspirasi yang tiba-tiba muncul, terutama pasca menyimak sehari penuh berbagai informasi seputar dampak naiknya harga Bahan Bakar Minyak.

Pada suatu ketika, Khalifah Umar bin Khattab sedang berjalan keluar malam-malam sendirian. Beliau memang punya sebuah kebiasaan kluyuran malam-malam, untuk melihat sendiri apakah rakyatnya sudah bisa tidur dengan nyenyak, atau mungkin masih ada yang kelaparan sehingga belum bisa tidur. Umar berjalan seorang diri, tanpa teman, tanpa pengawal, apalagi ajudan, dan tidak dengan ramai-ramai dan hiruk-pikuk layaknya seorang pemimpin yang mau bersafari ke daerah.

Ketika sedang asyik berjalan, sambil mengamati rumah-rumah penduduk, tiba-tiba Umar mendengar ada suara anak kecil menangis, dan suara ibunya yang berusaha membujuk supaya sang anak menghentikan tangisnya. Kata sang ibu, "Sebentar ya nak, sebentar lagi matang kok. Tidurlah engkau sampai nanti kubangunkan."

Sang anak rupanya sudah tidak tahan lagi dengan lapar yang dirasakannya. Ia terus saja menangis, bahkan semakin keras. Sang ibu sudah sangat panik, bingung tidak tahu lagi harus berbuat apa, sementara dia sendiri tidak punya uang sepeserpun, untuk dibelikan bahan makanan, demi mengenyangkan buah hati tercintanya.

Saat itulah terdengar pintu diketuk, dan tampak sosok Umar bin Khattab, yang ternyata tidak dikenali oleh ibu itu. Ini juga karena Umar selalu menyamar, setiap kali akan berpatroli seperti yang sekarang sedang dilakukannya.

"Maaf ibu, saya tadi mendengar suara anak menangis. Anak ibukah itu?" tanya Umar. Sang ibu menjawab, "Iya benar Pak. Anak saya ini lapar, tapi saya tidak punya uang untuk membeli bahan makanan."

Khalifah Umar terkejut, "Terus yang saya dengar tadi ibu mengatakan, sebentar lagi matang, itu apa bu?"

Dengan tersipu malu, sang ibu menjawab, "Itu hanya sebuah batu. Saya tahu batu tidak akan pernah bisa dimakan, tapi hanya ini cara yang bisa saya gunakan, supaya saya bisa menenangkan anak saya. Andai saja khalifah Umar ada disini, saya akan mencakar-cakar wajahnya, karena dia sudah tega menyengsarakan rakyatnya!"

Mendengar itu, Umar bin Khattab langsung mohon diri, dan langsung pulang menuju kediamannya. Umar langsung menuju ke gudang tempat penyimpanan makanan, dan langsung diambilnya sebuah karung berisi bahan makanan yang paling besar. Karung itu kemudian diangkatnya, dan dipikulnya sendiri, untuk dibawa keluar kembali menuju rumah sang ibu yang malang itu. Beberapa ajudan Umar, begitu mengetahui bosnya mikul beras sendirian, langsung menawarkan bantuan untuk mengangkatnya. Tapi dengan tegas Umar justru berkata, "Kalau kalian mau memikulkan karung ini, apakah berarti kalian mau memikul juga dosa-dosaku? Biar aku yang membawanya, karena aku merasa berdosa, telah menelantarkan rakyatku, sampai-sampai dia harus membohongi anaknya yang menangis kelaparan, karena tidak punya uang untuk membeli makanan."

Para ajudan itu tertegun, tidak bisa berkata apa-apa, tapi tidak sedikit diantara mereka yang juga menitikkan air mata, melihat kearifan pemimpin mereka itu. Umar bin Khattab kemudian memikul karung bahan makanan itu sendirian, ketempat sang ibu yang tadi merebus batu itu. Jarak antara kediamannya dengan rumah sang ibu cukup jauh. Tapi karena tekadnya sudah bulat, tidak ingin menyengsarakan rakyatnya, bahkan barang seorangpun, Umar memikul karung itu, dan berjalan tanpa kenal lelah.

Sesampainya dirumah ibu yang malang itu, Umar kembali mengetuk pintu. Ibu itu sangat terkejut, melihat Umar kembali datang, kali ini membawa karung besar berisi bahan makanan. Sambil terisak ibu itu berkata, "Alhamdulillah tuan, anda sudah sangat berbaik hati kepada saya. Semoga Allah membalas kebaikan tuan dengan balasan yang berlipat ganda. Tapi, siapakah tuan ini sebenarnya?"

Ketika Umar menyebut namanya, ibu ini tersentak dan langsung bersujud dihadapan sang Khalifah. Dia minta maaf karena pada pertemuan sebelumnya, sempat mencela sang Khalifah. Tapi Umar bin Khattab justru memegang tangan sang ibu, dan membantunya untuk berdiri. Umar kemudian berkata, "Justru seharusnya sayalah yang bersujud pada ibu, karena ibu sudah menyadarkan saya, bahwa tidak ada gunanya kekuasaan yang saya miliki, kalau rakyat saya ternyata masih ada yang sengsara seperti ini. Sungguh Allah sudah memberi hidayah kepada saya melalui ibu. Terimakasih..."

Friday, May 23, 2008

JANJI-JANJI TINGGAL JANJI

7 November lalu, sesudah melantik Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Susilo Bambang Yudhoyono Presiden Indonesia menegaskan dengan suara yang cukup lantang, pemerintah tidak akan mengambil opsi menaikkan harga BBM, alias bahan bakar minyak di tahun 2008. Alasannya, dengan kondisi harga minyak dunia yang melambung tinggi, negara justru diuntungkan dengan penerimaan ekspor migas, yang juga ikut terkerek naik. Kalau bahasa kerennya, negara dapat windfall dari kenaikan harga ekspor minyak dan gas bumi.

Waktu terus berganti, dan akhirnya tibalah negeri yang konon katanya gemah ripah loh jinawi ini, di bulan Mei 2008, persisnya tanggal 23 jam 21.30 Waktu Indonesia Barat. Justru di saat inilah, apa yang selama ini ditakutkan masyarakat terbukti. Sepuluh menteri yang hadir di gedung Departemen Keuangan, mengumumkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak, yang enam bulan lalu, justru ditentang oleh Presiden sendiri. Harga Bengsin alias Premium, naik dari 4500 perliter, menjadi 6000 Rupiah perliternya. Solar alias Diesel Oil, naik dari 4300, menjadi 5500 Rupiah perliter. Sementara minyak tanah, atau lengo gas, naik dari 2000, menjadi 2500 Rupiah seliternya.

Pengumuman kenaikan ini, sangat jelas MENYAKITKAN hati masyarakat, terutama mereka yang tingkat kemakmurannya masih jauh dibawah, alias masih miskin. Apalagi masih jelas terngiang, bahwa pemerintah sudah menyatakan tidak akan menaikkan harga BBM sampai 2009. Jadi lepas dari itu, wallahualam bishawab. Tapi yang terjadi sekarang, justru disaat masih segar dalam ingatan kita, apa yang dinyatakan oleh pemerintah, yang kalau kata orang Surabaya cangkem iki dhurung mingkem, ternyata mereka yang ada di kursi pemerintahan itu, justru menaikkan harga kebutuhan yang menjadi tulang punggung sarana transportasi orang-orang untuk beraktivitas, mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin lama semakin mencekik.

Aksi unjuk rasa yang dilakukan kawan-kawan mahasiswa, mulai dari yang damai sampai yang keras dan bentrok dengan petugas, ternyata tidak mampu membuat menteri-menteri yang konon katanya berkompeten, untuk mencari jalan alternatif supaya kenaikan harga BBM tidak naik, seperti yang dijanjikan bos mereka 7 November 2007. Seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, ternyata si bos dan kacung-kacungnya itu MBIDHEK, KOPOK, TULI, TOREK, COROK, DUBLEG, CONGEKAN, dan lain sebagainya. Samasekali tidak ada kepedulian tentang efek berantai atau multiplier effect akibat kenaikan harga BBM. Bahkan sampai ada yang rela mogok makan, demi supaya suara mahasiswa, yang juga merupakan aspirasi masyarakat, akan bisa meluluhkan hati para penggedhe yang sudah kadung jadi batu karang. Tidak cuma di Surabaya, Jakarta dan beberapa kota lain juga ada yang menggelar aksi mogok makan, supaya pemerintah tidak jadi menaikkan harga BBM. Berhasil? TIDAK!! Karena sekarang harga BBM sudah naik.

Meski begitu, ternyata para mahasiswa tidak mau menyerah. Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan sebuah stasiun televisi swasta, sebagian mereka ada yang berjanji, akan ada aksi yang sama persis dengan Reformasi 1998, kalau pemerintah benar-benar menaikkan harga BBM. So, tunggu saja, apakah niatan seperti itu akan bisa jadi kenyataan. Karena akibat pengumuman yang dilakukan Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan, yang sekaligus bertindak sebagai jurubicara para menteri itu, sebagian masyarakat Indonesia langsung menyerbu SPBU, karena tidak terima dengan harga baru yang akan diterapkan. Bukan cuma kota besar seperti Jakarta atau Surabaya, bahkan Medan dan Makassar pun juga dipenuhi antrian pembeli bensin, yang masih ingin merasakan sisa-sisa perjuangan aspirasi mereka yang gagal itu. Celakanya, ada kemungkinan aksi demo mahasiswa menentang kenaikan harga BBM, akan kembali menjadi aksi berdarah seperti Mei 1998, sesudah ada pernyataan dari Joko Susilo Utomo Pangdam VII Wirabuana, aparat akan menggunakan peluru tajam, kalau aksi mahasiswa makin besar. Ada satu pernyataan lagi yang muncul dari Syamsir Siregar Kepala Badan Intelejen Negara. Dia menuding aksi-aksi mahasiswa menentang kenaikan harga BBM itu, ditunggangi oleh mantan menteri. Pernyataan itu langsung dibalas oleh mahasiswa. Mereka menjelaskan, wong untuk gerakan ini saja mereka harus urunan, harus saweran, lha kok malah dituding ditunggangi....

Saya kutip dari Tempo Interaktif, malam ini 20 mahasiswa dari Front Perjuangan Rakyat, bergerak ke Istana Negara, untuk mendesak pemerintah membatalkan keputusan kenaikan harga BBM. Berhasilkah mereka? Atau akankan ada demo berdarah lagi seperti 10 tahun lalu, yang berakibat tewasnya beberapa mahasiswa? Hmmm.....

Kalau review lagi tentang janji-janji SBY dan JK waktu kampanye, akan ada perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik. Tapi dari sebuah wawancara yang saya dengar dari salah satu radio Jakarta, H.S. Dilon seorang ekonom mengatakan, kebijakan Presiden dan Wakilnya saat ini, samasekali tidak membumi, dan tidak mencerminkan fungsi pemerintah sebagai pengayom rakyat. Menurut Dilon, pemerintah samasekali tidak mau memikul tanggungjawabnya dengan beban seperti sekarang, dan lebih memilih menyerahkan semuanya kepada rakyat. Jadi, yang namanya janji dan pernyataan tidak akan ada kenaikan harga BBM, hanya sebuah JANJI KOSONG BUAIAN PERADUAN BELAKA!!!! Dilon bahkan menyarankan, gaji-gaji mereka yang jadi penggedhe itu harus diturunkan, supaya mereka juga merasakan apa yang dirasakan oleh rakyat.

Beragam pendapat dan usulan sudah disampaikan para pakar, mulai ekonom sampai pengamat sosial. Sebagian besar mereka menentang kenaikan harga BBM, yang akan membawa dampak berantai yang sangat menakutkan bagi masyarakat, terutama mereka yang menengah kebawah. Memang seringkali kita dengar, kalau ada kata-kata masyarakat, selalu ada pertanyaan masyarakat yang mana? Sungguh itu adalah pertanyaan MAHABODOH yang tidak berperikemanusiaan. Kalau ada yang bertanya seperti itu, berarti orang ini tidak pernah nonton tivi, denger radio, atau baca koran dan majalah berita. Oya ada lagi. Begitu para wartawan mulai kasak-kusuk untuk konfirmasi pernyataa Presiden 7 November lalu, tidak akan ada kenaikan harga BBM, karena itu bukan opsi yang diambil pemerintah, Hatta Radjasa Menteri Sekretaris Negara langsung membantah dengan mengatakan, "Presiden tidak pernah menyatakan berjanji tidak akan menaikkan harga BBM. Jadi marilah kita beretika dalam berpolitik...." Lha terus, pernyataan Presiden kalau tidak ada opsi kenaikan harga BBM tahun 2008, apa itu bukan janji? Atau karena yang ngomong cuma Presiden, dianggap itu bukan suara pemerintah? Well, itulah pernyataan yang muncul dari seorang mantan Menhub gagal, yang pernah dengan konyolnya latah menyatakan pesawat Adam Air yang jatuh di Majene 1 Januari tahun lalu sudah ketemu, padahal itu cuma kabar burung, hehehe!

Sementara kalau melihat kompensasi yang akan diberikan ke masyarakat bawah, ternyata juga masih berupa Bantuan Langsung Tunai alias BLT. Padahal sudah banyak masukan dari para pakar, sebaiknya jangan diberikan bantuan langsung seperti itu, karena hanya akan membuat masyarakat terdidik untuk mengemis. Tapi lagi-lagi, program yang pernah sukses memunculkan orang-orang miskin baru itu, kembali dimunculkan. Rencananya 24 Mei atau hari Sabtu ini, BLT akan dibagikan di kantor pos. Padahal, program ini ditolak beberapa wilayah seperti Bandung dan sekitarnya, dengan alasan apapun. Memang ada sebuah ironi, bahwa ternyata data jumlah orang miskin di Badan Pusat Statistik, Depkes, dan Dinas Kependudukan, berbeda-beda. Tapi penolakan sudah muncul, meski akhirnya toh mau tidak mau harus jalan juga, karena keputusan sudah diumumkan.

Terlepas dari program-program yang sudah dicanangkan, entah berhasil entah tidak, yang jelas, kenaikan harga BBM ini sudah membuktikan, pemerintah hanya bisa berjanji, tanpa bisa menepatinya. Kalau kata Betharia Sonata, Janji-janji tinggal janji, bulan madu hanya mimpi, janji-janji tinggal janji di bibirmu........

Wednesday, May 21, 2008

Apanya Yang Bangkit?

20 Mei 2 hari lalu, bangsa ini menghadapi sebuah momen yang konon katanya teramat penting, karena dinilai menjadi tonggak kebangkitan dari sebuah keterpurukan yang berkepanjangan. Bahkan Presiden kita dengan pede mencanangkan Indonesia Bisa. Sebuah jargon yang mungkin menandakan optimisme dalam membangun negeri ini, termasuk bangkit dari keterpurukan. Maunya sih, kalau dari asumsi saya, dengan jargon itu, kita diharapkan punya semangat juang yang lebih tinggi lagi, untuk bisa membangkitkan bangsa yang sebetulnya layak jadi salah satu macan Asia bahkan dunia ini, dengan berbagai cara.

Itu peringatan 2 hari lalu, yang ternyata juga dalam perjalanan menuju 20 Mei, ditandai juga dengan kabar duka, ketika aktor sekaligus politisi kenamaan Sophan Sophiaan, harus mengakhiri perjalanan hidupnya sesudah terjungkal dari motor Harley Davidsonnya, akibat melindas sebuah lubang yang cukup dalam. Tapi kalau kita melihat, perjalanan menuju akhir bulan ini, ternyata justru aksi-aksi keras dari teman-teman mahasiswalah yang kerap mewarnai pemberitaan di media massa. Bentrok di Serang, rusuh di beberapa kota lain, bahkan Surabaya pun juga tidak luput dari unjuk rasa, menentang upaya pemerintah menaikkan harga BBM, alias Bahan Bakar Minyak, yang karena sering naik, oleh sebagian kalangan kita yang dari Jawa, diplesetkan menjadi Bolak-Balik Mundhak.

Waktu gonjang-ganjing harga BBM mau naik, Jusuf Kalla sang Wakil Presiden, yang sempat diplesetkan jadi Kollo oleh bang Amien Rais dalam beberapa statementnya, dengan pedenya menegaskan, pemerintah tidak akan menaikkan harga BBM, sekalipun harga minyak dunia sudah melonjak bahkan sampai 100 Dollar per barel sekalipun. Oke, itu janji waktu harga minyak masih belum segitu. Tapi sekarang? Harga minyak sudah mendekati 130 dolar, bahkan ada prediksi akan melonjak menjadi 200 dolar per barel, dalam kisaran sampai akhir tahun ini. What and the kawat???? Akhirnya sang Wapres pun menelan lagi ludahnya yang sudah terlanjur dibuang itu (iihhh...emang enak???) dan malah kali ini kembali mengeluarkan statement yang sama, persis waktu BBM mau naik dulu, dari 2500 menjadi 4500. Dengan entengnya, saudagar kita satu ini berkata, "Jangan biarkan orang-orang kaya menikmati subsidi untuk BBM!"

Memang, ada sebagian orang kaya kita yang berlagak miskin. Punya rumah supermewah di Cibubur, atau di kawasan Ciputra dan Pakuwon misalnya, tapi ternyata untuk kebutuhan BBM sehari-hari, mereka lebih mengandalkan Premium alias BENGSIN, maaf, Bensin, yang itu disubsidi pemerintah. Alasannya sih, dari beberapa komentar yang pernah saya baca, wong ndak ngelitik kok, ngapain juga harus ngisi Pertamax atau Pertamax Plus, ataupun kalau di Jakarta, ngapain ngisi pake Petronas atau Shell? Apalagi ada sebuah bengkel di Jakarta, yang dengan pedenya mengiklankan jasa turun mesinnya, yang bisa membuat mobil berbahan-bakar Pertamax, bisa lebih bertenaga meski minumnya Premium. Tapi berapa gelintir sih orang kaya yang ASU seperti itu? Kalau ternyata pemerintah menaikkan harga BBM, katanya demi membela rakyat kecil, terus membelanya seperti apa?

Dari beberapa langkah yang sudah menyebar ke media massa, langkah menaikkan harga BBM konon bisa menghemat anggaran sampai beberapa belas triliun Rupiah, yang nantinya akan digunakan untuk beberapa hal, seperti beras untuk masyarakat miskin, dan juga Bantuan Langsung Tunai, yang dulu pas BBM pertama kali naik gila-gilaan pernah diterapkan, dan hasilnya? Banyak orang yang sukses ngaku MLARAT, padahal mereka bisa ngridit sepedamotor baru. Tapi ternyata, bahkan pemerintah pun tidak belajar dari pepatah, Keledai Tidak Akan Pernah Jatuh Pada Lubang Yang Sama Untuk Kedua Kalinya.

Apakah pemerintah lebih bodoh dari keledai? Silakan nilai sendiri. Tapi yang jelas, saya kagum sekaligus prihatin, dengan ketidakpedulian para penggedhe disana, yang seakan-akan tidak melihat realita yang ada, kalau kemudian BBM akan naik lagi. Padahal Agung Laksono Ketua DPR pernah bilang, kalo mau naikkan mbok ya liat-liat dulu langkah alternatif lainnya. Tapi rupanya pemerintah udah buntu ubun-ubunnya. Tadi malam saya liat berita, Sri Mulyani Menteri Keuangan dengan pedenya mengucapkan 28,7 persen untuk kenaikan harga BBM. Sementara kegagalan penyaluran BLT dulu, tidak menjadi pelajaran untuk dicarikan langkah lainnya yang lebih tepat. Jadinya, kasihan para mahasiswa yang sekarang sedang demo dimana-mana. Mereka sudah capek meneriakkan aspirasi rakyat, tapi yang diteriaki DUBLEG, TULI, TOREK, dan lain-lain yang mungkin bisa jadi sangat tidak pantas untuk ditulis saking pedesnya. Kalo dipikir-pikir, kok lebih peduli mahasiswa ya daripada pemerintah? Padahal pemerintahan itu kan dibuat untuk mengayomi masyarakatnya. Okelah mungkin tidak perlu pake subsidi BBM, tapi kalau memang ada cara lain, kenapa harus dengan cara itu? Kesannya, pemerintah hanya diisi orang-orang bodoh, yang hanya tahu menaikkan harga, tanpa mau berpikir adakah cara lain yang lebih bijak.

Prihatin, jengkel, marah, sedih, campur baurlah pokoknya. Karena apapun, toh ternyata pemerintah nekat juga akan menaikkan harga. Apa ya ndak mikir? Harga-harga itu pasti nunut kenaikan harga BBM, meskipun itu baru sebatas isu. Wong juragan bengkel cuci mobil langganan saya saja, dengan pedenya sudah mencanangkan, ongkos cuci mobil per 1 Juni naik jadi 30 ribu, dari yang awalnya 25 ribu. Alasannya, harga minyak naik, pasti semuanya naik. Kalo harga BBM ndak jadi naik? "Saya tetap naikkan harga," kata si empunya bengkel dengan pedenya. Alasannya sih, dengan harga minyak dunia yang sudah ngujubile seperti sekarang, sudah nggak mungkin lagi pemerintah mau ngempet untuk tidak menaikkan harga. Tapi bagaimana dengan efek berantainya? Sudahkah itu terpikirkan? Kok saya jadi nangkep pemerintah maunya yang praktis-praktis saja, instan kayak bikin mi instan, atau kayak makanan siap saji.

Ahhh....saya cuma bisa ngecap disini, tapi mudah-mudahan saya punya cara lain untuk bisa membantu menyuarakan apa yang seharusnya diperhatikan oleh mereka, yang duduk di kursi empuk di pemerintahan sana. BLT belum beres, kemungkinan penimbunan dan penyelundupan juga sangat besar, udah dipikirin tuh yang kayak gitu? BBM alternatifnya gimana? Apa cara memberdayakan masyarakat, yang juga banyak jadi korban outsorcing akibat terlalu nuruti Paman Sam yang Mother Fucker itu? UDAH DIPIKIR BELUM CUK!!!???????

Thursday, May 15, 2008

Artis Itu Bisa (dibooking)?

Kalo liat judul diatas, tentu ada dua pemikiran yang muncul. Pertama, itu wajar, karena kalau tidak ada yang ngebooking, terus apa gunanya dia jadi artis? Mau kelas penyanyi, presenter, atau bahkan pelawak sekalipun. Coba kalau dia nggak ada yang ngontrak, mana bisa jadi kaya seperti yang teman-teman bisa lihat sekarang? Iya to? Tapi kalau kita ke pemikiran kedua, pasti deh unsurnya negatif. Booking yang dimaksud, jelas bernada kamar hotel berbintang, dan musik yang terputar disana jelas hanya dua nada, ah dan uh...

Nah, kalau yang kedua, kayaknya udah jadi rahasia umum kali ya? Beberapa temen ada yang pernah bilang, dia bisa booking artis tertentu untuk memuaskan nafsu birahinya yang kayak kebo itu, dengan beberapa juta saja. Malah tadi pagi pas lagi ngobrol-ngobrol sama temen yang lagi dateng kerumah, dia sempet cerita kalo temennya yang kebetulan bos sebuah jasa transportasi, pernah main "kuda lumping" dengan seorang presenter yang udah tenar, udah terkenal, dan jelas karena artis, bodinya pasti terjaga baik alias sexy gitu looh!! Ceritanya, pas dia lagi main kerumah tu temen, sang adik ngajak jemput kakaknya ke sebuah hotel bintang lima di Surabaya ini. Dasar temenku ini polos, dan pikirannya cuma makan, langsung pikirannya tertuju pada menu paling enak di hotel itu. Pas sampai disana dan naik ke kamar yang dibooking sang kakak, pas diketuk, tau-tau yang buka si presenter itu. Temenku dan konconya cuma bisa ketenggengen (what is the meaning of ketenggengen? hehehe!) karena nggak nyangka yang bukain pintu adalah seleb yang sehari-hari cuma bisa diliat di tipi.

Pas si artis ini kemudian berlalu, sang kakak yang juga temennya temenku ini kemudian bilang, "Sing mau iku larang cuk! 14 juta! Iku gak termasuk akomodasi pesawat dan hotel."

BUJUBUSEETTT!!!

Dan karena si bos satu ini bergelimang uang dari hasil usahanya, dan lagi umurnya masih kisaran pertengahan 20-an, plus masih bujangan, jadinya yaaa gitu deh...bingung mo dikemanain tu duit segitu banyak. Trus dia cerita lagi soal pengalamannya bermain ah uh ah uh dengan artis yang fotomodel atau bintang sinetron atau presenter acara. Katanya, kalo sekelas artis yang itu tuh, yang terkenal karena bodinya yang bohai dan suka dipamerin kemana-mana tuh, itu tarifnya 8 juta bersih, diluar akomodasi dan sebagainya. Tapi tarif segitu untuk all nite long. Sengaja saya nggak nyebutin nama artisnya. Ngapain? Kan mereka udah ngetop. Nanti saya sebutin, makin ngetop dong mereka... hehehehe!!

Dan karena dapet cerita itu, saya jadi bertanya-tanya, kalo gitu, buat mereka yang suka dibooking dalam arti negatif itu, gimana ya rasanya bergelimang harta tapi dari hasil jual diri? Kaya sih jelas, karena kan tarifnya lumayan mahal, apalagi kalo dibandingkan kelas Dolly yang cuma paling banter 300 ribu udah dapet yang top markotop. Padahal kalo didepan media, wah ngomongnya kelas tinggi dan kesannya alim dan suci banget. Ahh...sebuah topeng berbalut kemewahan yang selalu jadi dambaan, ternyata butuh mental yang kuat untuk bisa memakainya. Kalau tidak, bersiaplah untuk terjun ke jurang hitam kelam nan dalam.....

Sunday, May 11, 2008

Hobi

Apa hobi kalian? Membaca? Menulis? Jalan-jalan? Atau lainnya?

Apapun, hobi itu pasti yang paling disukai untuk dilakukan, dan pasti nggak ada matinya untuk terus dilakukan. Nah, kebetulan sejak kecil saya itu paling hobi sama yang namanya musik. Nggak cuma dengerin, bahkan sudah sampai pada taraf pemain, yang istilah kerennya musisi.

Dari umur 4 tahun, kalo cerita dari nenek saya, yang namanya organ alias keyboard yang portabel alias bisa dibawa kemana-mana, udah bisa saya mainkan dengan baik dan benar. Bahkan, karena kebetulan mbah saya itu lain keyakinan dengan saya, saya malah sering ngiringi mbah dan ibu saya menyanyi lagu gereja, terutama yang judulnya Malam Kudus itu. Pokoknya, anak keyboard banget.

Memang sih, yang namanya darah seni udah mengalir begitu saja dari kedua orangtua. Keluarga bapak saya dulu, langganan juara vokal grup di Jawa Barat. Giliran keluarga ibu saya, ternyata juga punya banyak prestasi di bidang musik. Ibu saya bahkan sering didhapuk untuk nyanyi, kalau di kantor dinas bapak lagi punya gawe.

Nah, begitu beranjak gede, yang namanya keyboard itu rupanya mulai tidak menarik buat saya. Entah kenapa, saya mulai jadi malas menyentuhnya lagi, biarpun kalau dimintain main juga insya Allah masih lumayan bisa. Perhatian saya mulai beralih ke gitar. Bukan kerennya yang saya kejar, termasuk juga saya nggak seperti anak-anak lain yang belajar gitar dengan sangat nggethu alias ngototnya, sampai-sampai meniru permainan maestro gitar dunia, lewat DVD bajakan atau asli, yang bisa dibelinya. Niat saya dulu belajar gitar, karena ya tertarik aja sih waktu itu. Pengen bisa main, yaa minimal kayak Billie Joe Armstrongnya Green Day lah, yang biarpun cuma bisa kord 3 jurus (C,G,F) tapi bisa bikin lagu-lagu yang handal dan sukses.

Begitu udah mulai bisa genjrang-genjreng, dengan bantuan bapak saya dulu yang bikinin posisi-posisi jarinya, saya mulai mengembangkan diri sendiri. Nyoba nyari temen-temen yang memang pinter main gitar, supaya ilmu saya nggak cuma 3 jurus itu, tapi bisa jurus-jurus lainnya. Pas SMA, saya kebetulan mulai punya band yang bawain lagu-lagunya Whizzkid, dan sudah mulai kenal lagu-lagunya Helloween, biarpun waktu itu yang dibawain cuma A Tale That Wasn't Right melulu. Pas tau ada temen lain kelas, yang juga sama-sama punya band di sekolah, dan ternyata gitarannya sangat handal, saya mulai mendekatinya, dengan maksud belajar dikit-dikit. Eeh, ternyata si temen ini malah (sok) merendah, dengan mengatakan dia samasekali nggak bisa kalo disuruh ngajari. Penasaran, saya tanya ke temen-temen deketnya, eh ternyata jawaban yang diberikan rada beda. Kalo disuruh main trus kita pelototin, dia nggak bakal mau. Tapi coba deh tinggal aja sendirian, nanti pasti main-main sendiri.

Sebel karena nggak diajarin, muncul dendam dalam diri saya, bukan untuk ngamplengi dia, tapi untuk berusaha gimana caranya, saya kudu bisa bermain secepat jari-jarinya. Waktu itu temen saya udah bisa mainin lagu-lagunya Mr. Big seperti Green Tinted Sixties Mind yang ada tappingnya itu, belum lagi hi speed picking di lagu Daddy Brother Lover Little Boy. Wah, saya mati-matian belajar sendiri waktu itu. Pas lagi ada duit, biarpun pas-pasan, sempet juga belajar di Mayura, sekedar nyari tau teknik yang bener. Pas udah dapet, mulai deh pengembangan diri dimulai, sampai akhirnya alhamdulillah, biarpun belum sekelas Paul Gilbert, tapi kalo buat sekedar narik perhatian aja sih, alhamdulillah udah lumayan lah, hehehe!

Oke, itu sedikit perjalanan saya belajar gitar, sampai jadi seperti sekarang. Tapi ada satu hal yang pengen saya realisasikan, mengembangkan hobi ini sampai menjadi sesuatu yang menghasilkan, tentunya duitlah! Jadi biarpun mungkin bakal capek, tapi karena itu hobi, dan itu adalah aktivitas yang mendarah daging dalam hidup, jadinya nggak akan terasa. Tapi yaa gitu deh. Wong musisi papan atas Indonesia sendiri kadang-kadang ada yang bilang, jadi musisi itu perjuangan maha berat. Apalagi kalo misalnya sang musisi ini masih bujang dan akan menikahi gadis idamannya. Pertanyaan yang pasti jelas menohok dari sang camer adalah, "Kerjanya apa dik?"

MODAR SIA!!

Kalo jawabannya pemusik, bisa-bisa jodoh menjauh, karena biasanya sang camer pasti menyarankan anaknya untuk cari pendamping lain saja, yang pekerjaannya lebih jelas, dan terutama yang bayarannya ajeg alias rutin tiap bulan. Kalo musisi kan mesti rekaman dulu, belum lagi kalo rekamannya jeblok di pasaran. Ampun deh! Tentang ini, pernah ada pengakuan dari Dave Elefsonnya Megadeth, kalo mau jadi musisi terkenal, ada beberapa syarat, termasuk kudu rajin nginthili alias nempel terus kemana si artis itu manggung. Ibaratnya jadi kacungnya pun ndak masalah. Yang kedua, dan ini yang paling sulit, kudu punya pasangan yang setidaknya mau menanggung kehidupan kita, sampai kita jadi musisi besar. Lha nek ndak ngetop-ngetop, kapan balik modale rek?

Makanya, kadang-kadang kalo saya mau ngembangin hobi saya dibidang musik, saya jadi ngeper sendiri. Karena meskipun sekarang sudah mulai banyak event-event indie, tetap saja butuh perjuangan yang teramat sangat berat, karena kalo kita membawa idealisme kita yang dibangun sejak dulu, sementara pasar tidak menghendaki, yaa tamatlah oooohh riwayatnyaaa...!! Jalan paling gampang yaaa, nglamar dulu jadi pegawai, trus kumpulin duit buat main musik. Tapi kalo yang seperti itu, paling repot kalo pas jadwal manggung atau rekamannya benturan dengan jadwal kerja. Saya pernah diejek seorang staf senior waktu masih di SS. Katanya, kalo untuk kerja kok saya jalan setengah-setengah, tapi untuk ngeband kok asyik banget, sampe bela-belain bolos kerja. Padahal tu orang matanya juga ndak PICEK!! Ada selembar surat cuti yang memang nempel di papan pengumuman waktu itu. Perkara saya pake cuti itu untuk apa saja, itu sih terserah saya. Wong ada staf lain yang dengan mudahnya cuti mendadak, cuma gara-gara dulu dia temen sekolahnya Manajer On Air, ternyata cutinya dipake untuk ndije di sebuah klub, atau misalnya ada staf lain, yang ternyata cuti untuk ngemsi di sebuah acara. Karena jabatannya setara dengan manajer, yaa dapet deh! Padahal dulu jelas-jelas di surat kontrak disebutkan, DILARANG melakukan pekerjaan lain yang bisa mengganggu aktivitas pada pekerjaan inti. Tapi namanya cari duit, larangan tinggal larangan. Biarpun ngeband, saya sih jujur aja, tetap bersikap profesional. Ngeband ya ngeband, hobi ya hobi, dan sebisa mungkin jadwal manggung tidak berbenturan dengan jam kerja, atau jangan sampai mengorbankan pekerjaan.

Makanya, saya kadang-kadang bingung. Maunya sih ngembangin hobi saya, tapi disisi lain, ada tanggungjawab yang juga harus saya lakukan, terutama karena status saya yang sekarang adalah sebagai kepala keluarga. Bingung? Jelas! Trus gimana? Yaa cari dulu deh jawabannya, hehehehe!!

Thursday, May 08, 2008

Harga Senyum

7 Mei kemarin, saya terbang ke Jakarta, untuk memenuhi undangan wawancara sebuah maskapai penerbangan internasional tanggal 8 Mei atau besoknya. Dan dengan semangat 45, saya udah siap-siap sejak pagi, dan kemudian saya berangkat ke Juanda, dianter Bapak Mertua tercinta naik sepedamotor. Katanya sih, sekalian pengen liat bandara baru. Soalnya sejak diresmikan tahun lalu, bapak mertuaku belum pernah liat bandara yang baru. Kalo yang ibu sih udah beberapa kali, soalnya juga pernah ikut ke Jakarta ketemu besannya tersayang hehehe!!

Oke, sesampainya di bandara, ada satu hal yang aku lupa. Biasanya sih aku bawa sesuatu untuk dibaca. Entah itu novel, atau majalah. Dan akhirnya, daripada ngutak-atik ponsel terus, yang pastinya berakibat batere habis dan pulsa terkuras, akhirnya mau nggak mau tergerak juga mendatangi toko buku di ruang tunggu bandara. Aku sih udah tau kalo harga di bandara adalah harga yang ugal-ugalan. Kalo buat orang berkantong pas-pasan, mendingan jangan beli apa-apa di bandara deh! Bukan menghasut, tapi karena harga selangit, tidak sebanding dengan pelayanan atau rasa kalau itu makanan.

Pas liat-liat, aku ingat kalo aku belum beli Auto Bild terbitan terbaru. Emang sih waktu itu aku sempet ngomong ke istri, tapi dasar emang kita berdua sering lupa (bukan pelupa ya?), tu majalah ndak kebeli juga. Nah pas aku lagi liat-liat itulah, mataku tertumbuk pada beberapa eksemplar Auto Bild edisi terbaru. Pikirku, yaa kalopun harganya diatas normal yang 20 ribu, paling-paling naiknya jadi 25 ribu. Itu dari pengalamanku beli tabloid Otomotif juga di bandara beberapa waktu lalu, yang ternyata harganya naik 5 ribu dari harga normal.

Begitu sampe ke kasir untuk bayar, ternyata dengan entengnya si petugas kasir menyebut angka, "40 ribu pak."

DUEENNGGG!!!

What the....aku langsung melototin lagi harga majalah itu, untuk memastikan kacamataku nggak burem, atau mataku nggak lagi lamur. Angka di majalah itu 20 ribu. Aku lalu protes, "Kok mahal banget? Kan harga aslinya cuma 20 ribu? Nggak salah nih?"

Si petugas kasir dengan senyum rada asem, yang menambah jelek wajahnya, menjawab omelanku, "Kalo disini kena pajak pak."

ASU!!

Namanya juga butuh, akhirnya kubeli juga sih majalah itu. Tapi jadi mikir juga, sebenernya berapa ya pajak di bandara itu? Apakah memang sampai segitu mahalnyakah harga pajak yang harus dibayar para pemilik tenant disitu, sampai-sampai mereka akhirnya tega menaikkan barangnya 2 kali lipat? Ahh.... aku cuma bisa ngomel dalam hati.... Harga Senyum Niyeee!!!

Tuesday, May 06, 2008

Ada Yang Sirik?

Well, ini sedikit cerita pasca hengkangnya aku dari sebuah tempat yang namanya Suara Surabaya. Pas aku lagi nikmatin hari-hari pertama hengkang, aku nelpon salah satu temen kantor, just to say hello dan nanya-nanya kabar temen-temen aja.

Nggak kerasa, yang namanya cerita mengalir begitu saja. Mulai dari makin pincangnya pengaturan tim, terutama yang tugas di pagi buta, karena yang hengkang belum segera tergantikan, sampai tiba-tiba si temen ini nyeletuk, katanya sih waktu aku mengajukan diri pindah shift itu, ternyata ada yang sengaja menghasut sang Manajer On Air, supaya aku nggak pindah. Alasannya, kalo aku bisa pindah gara-gara alasan kesehatan, seharusnya anak-anak lain juga bisa pindah karena alasan yang sama.

Lho? Kok sama seperti yang pernah si Manajer katakan padaku waktu itu ya?

Karena curiga, akupun berusaha ngorek keterangan dari si temen ini. Tapi dengan gaya ngelesnya yang mbencekno (what is the meaning of mbencekno?), dia berkilah, pokoknya ada yang menghasut si bos jadi seperti itu. Dan celakanya kata si temen, dia ini justru orang yang biasanya sangat care, sangat peduli sama aku. What the....

Aku makin penasaran. Yang peduli sama aku? Perasaan semua ya gitu-gitu aja deh. Kalo toh ada yang peduli, nggak sampe berlebihan. Makanya begitu ada kabar itu, aku tambah pengen tahu. Tapi tetep aja si monyong ini ndak mau ngasih tahu. Ya udahlah. Aku cuma dapet petunjuk, pokoknya dia ini selama ini terkenal care denganku. Cowok ada, cewek ada.

Sirik?

Apa sih yang disirikin dari aku? Wong kinerjaku dulu kata si Manajer juga belum sesuai kompetensi, sampek bingung sendiri aku. Trus apanya yang perlu disirikin? Yaa..seperti yang selama ini aku tahu, orang brengsek memang ada dimana-mana. Tapi ya kalo sampai ada yang nyikut seperti ini, berarti emang sudah keterlaluan. Buat yang merasa sudah melakukan ini, mudah-mudahan Allah mengampuni dosamu nak. Bertobatlah sebelum jasadmu membusuk di kuburan.....