7 Mei kemarin, saya terbang ke Jakarta, untuk memenuhi undangan wawancara sebuah maskapai penerbangan internasional tanggal 8 Mei atau besoknya. Dan dengan semangat 45, saya udah siap-siap sejak pagi, dan kemudian saya berangkat ke Juanda, dianter Bapak Mertua tercinta naik sepedamotor. Katanya sih, sekalian pengen liat bandara baru. Soalnya sejak diresmikan tahun lalu, bapak mertuaku belum pernah liat bandara yang baru. Kalo yang ibu sih udah beberapa kali, soalnya juga pernah ikut ke Jakarta ketemu besannya tersayang hehehe!!
Oke, sesampainya di bandara, ada satu hal yang aku lupa. Biasanya sih aku bawa sesuatu untuk dibaca. Entah itu novel, atau majalah. Dan akhirnya, daripada ngutak-atik ponsel terus, yang pastinya berakibat batere habis dan pulsa terkuras, akhirnya mau nggak mau tergerak juga mendatangi toko buku di ruang tunggu bandara. Aku sih udah tau kalo harga di bandara adalah harga yang ugal-ugalan. Kalo buat orang berkantong pas-pasan, mendingan jangan beli apa-apa di bandara deh! Bukan menghasut, tapi karena harga selangit, tidak sebanding dengan pelayanan atau rasa kalau itu makanan.
Pas liat-liat, aku ingat kalo aku belum beli Auto Bild terbitan terbaru. Emang sih waktu itu aku sempet ngomong ke istri, tapi dasar emang kita berdua sering lupa (bukan pelupa ya?), tu majalah ndak kebeli juga. Nah pas aku lagi liat-liat itulah, mataku tertumbuk pada beberapa eksemplar Auto Bild edisi terbaru. Pikirku, yaa kalopun harganya diatas normal yang 20 ribu, paling-paling naiknya jadi 25 ribu. Itu dari pengalamanku beli tabloid Otomotif juga di bandara beberapa waktu lalu, yang ternyata harganya naik 5 ribu dari harga normal.
Begitu sampe ke kasir untuk bayar, ternyata dengan entengnya si petugas kasir menyebut angka, "40 ribu pak."
DUEENNGGG!!!
What the....aku langsung melototin lagi harga majalah itu, untuk memastikan kacamataku nggak burem, atau mataku nggak lagi lamur. Angka di majalah itu 20 ribu. Aku lalu protes, "Kok mahal banget? Kan harga aslinya cuma 20 ribu? Nggak salah nih?"
Si petugas kasir dengan senyum rada asem, yang menambah jelek wajahnya, menjawab omelanku, "Kalo disini kena pajak pak."
ASU!!
Namanya juga butuh, akhirnya kubeli juga sih majalah itu. Tapi jadi mikir juga, sebenernya berapa ya pajak di bandara itu? Apakah memang sampai segitu mahalnyakah harga pajak yang harus dibayar para pemilik tenant disitu, sampai-sampai mereka akhirnya tega menaikkan barangnya 2 kali lipat? Ahh.... aku cuma bisa ngomel dalam hati.... Harga Senyum Niyeee!!!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment