Sunday, December 30, 2007

New Year Telah Tiba... Time for Resolusi, Cita-cita, Pencanangan, Anything....



(31 Desember 2007 04.53AM)
Taun baru, tinggal itungan jam. Saya yakin, haqqul yakin...diantara kita pasti ada yang sudah bikin ancang-ancang. Entah itu namanya resolusi (kayak PBB gitu...) atau ada cita-cita, kaul, pencanangan target, agenda kedepan, dan apapun istilahnya.

Sebagai orang yang juga normal, yang juga punya cita-cita (emang Suzan aja yang boleh? hehehe!) buat diwujudkan taun depan. Tapi ini juga hasil refleksi dari perjalanan tahun-tahun kebelakang. Mau tidak mau, suka atau tidak, hidup kudu punya sesuatu yang dituju. Ibarat orang berburu, dia harus tau apa yang mau dibidik. Kalo nggak, laler lewat pun ditembak, karena merasa daripada nggak ada yang dibedil.

Jujur aku ngerasa, tahun-tahun sebelumnya kok berlalu begitu saja, kayaknya nggak ada sesuatu yang seru. Semua biasa-biasa aja. Entah karena kesibukan di kantor yang terlalu menyita waktu (abis namanya orang media, apalagi yang tugasnya rangkap jabatan, biasanya selalu merasa nggak punya waktu yang cukup untuk melakukan sesuatu yang lain diluar kehidupan media), atau justru karena ada "rasa" yang mati, gara-gara ditelan kesibukan itu sendiri.

Memang aku ngerasa, sejak terjun di tempat kerjaku sekarang, semua kreativitasku mulai nulis, bikin lagu, lirik (bukan ngelirik lho!), sampai bikin cerita pendek dan panjang jadi mampus satu persatu. Padahal dulu sejak SMP, aku udah bisa bikin cerita bersambung sampe 2 buku tulis sekaligus. Menginjak SMA, udah mulai bisa ngaransemen lagu, biarpun itu dulu lagu punyanya anak-anak pencinta alam, dan juga udah mulai nulis-nulis puisi buat lirik lagu. Pas giliran kuliah malah udah bisa bikin rekaman sendiri sampai satu kaset, biarpun dulu bikinnya ala kadarnya, modal tape compo buat ngerekam bagian drum, trus baru ditimpa sama gitar dan bass, dengan modal tape double deck. Wah pokoknya asal udah kedengeran musik yang komplit kayak gitu, rasanya udah pede banget.

Nah, giliran masuk ke tempat kerjaku sekarang, lha kok segalanya berubah. Rasanya mau nulis apa-apa udah nggak bisa. Mati ide. Mau nulis lagu, juga mampus ide. Pas anak bandku bikin lagu, aku cuma bisa pasrah aja ngikut. Pas disuruh nggarap bagian melodinya, terus terang butuh waktu berbulan-bulan. Padahal kalo dulu, nggak sampe seminggu juga udah kegarap.

Naa..hh...pengennya sih, taun depan aku bisa jadi lebih kreatif lagi. Persetan dengan semua tugas di kantor yang bejibun. Aku cuma punya cita-cita, to be creative again, and of course to be more and more and more creative. Apalagi aku udah tau jalur masuk rekaman seperti apa. Tinggal jalan aja. Dan aku punya feeling, everything will be very good for me in the years to come. Insya Allah, semoga aja semuanya bisa terwujud. Abis baru kerasa di akhir tahun ini, mulai banyak ide-ide, dan juga keinginan yang pengen diwujudkan. Belum lagi rencana-rencana gila untuk mulai ber-side job ria, termasuk rencana out dari tempatku berpijak sekarang. Tenang, yang penting renstra alias rencana strategis udah disusun. Tinggal jalanin satu persatu, disesuaikan dengan situasi dan kondisi.


HAPPY NEW YEAR SEMUAAA...SUKSES YEEE!!!

Friday, December 14, 2007

Curhat, Keluhan, Rasan-rasan...

Pas tau kalo si Jie, temen sesama bloggerku out (atau lebih tepatnya kicked out kalo versi dia sih, hehehe!) dari tempat kerjanya yang udah jelas-jelas masa depan cerah, aku jadi inget temen-temen di kantor. Belakangan ini ada di berbagai blog yang dibuat temen-temen di kantor, isinya curhat soal kerjaan, keluhan soal sistem kerja, dan rasan-rasan soal bos dan atasan yang ternyata kelakuannya mirip pejabat sekarang, yang kalo kampanye janjinya semanis gula, giliran udah menjabat, ternyata sikapnya jadi sepahit tuba (bukan tuba alat musik lho!)

Memang sih, aku termasuk satu diantara mereka. Tapi sudahlah, lama-lama kok ya jadi males aja ngungkapinnya. Percuma aja kalo cuma sekedar ditulis disini. Memang nanti bisa promosi blog ini ke temen-temen supaya dibaca, dan yang jelas lama-lama pasti akan kebaca juga sama yang diatas sana. Nggak papa juga sih, wong blog itu kan ajang pelampiasan rasa hati. Nah, semua blog temen-temen sekantor yang aku baca (kecuali punya Manda yang isinya makaaaan melulu hehehe!) isinya rata-rata pengen bisa segera hengkang, segera keluar, out right away dari tempat kerja sekarang. Dan ternyata beberapa diantaranya udah mulai pada nyambi, minimal udah mulai pada pasang jaringan diluar sana. It's ok, nggak apa-apa. Asal semua keputusan itu benar-benar udah dipikir mendalam, dan tentu ngikutin hati nurani. Soalnya kalo sebatas ngikutin emosi, jadinya malah resign itu bukan sebuah solusi, tapi hanya sebuah spekulasi. Kalo memang ada sesuatu yang bisa kita manfaatkan dari tempat kerja kita, kenapa nggak? Toh banyak atasan yang juga sering menggunakan nama institusinya, untuk mendapat keuntungan pribadi. Aku sih nggak mau tinggal diam, karena bagaimanapun, bigger box is in front of me, tinggal gimana ngeliatnya aja.

Udah banyak kok atasan-atasan ditempat kerjaku, yang juga memanfaatkan nama besar institusi ini untuk menjalin hubungan, yang kelak memberi keuntungan pribadi. Dan ini makin lama makin kelihatan. Jadi kesan aji mumpung itu sekarang udah bukan barang baru lagi. Aku sih tinggal liat aja kapan bisa masuk ke bigger box itu. Abis kalo mau jadi manajer, nunggu manajernya mampus dulu sih! hehehe! Nah, karena banyak banget yang curhat soal yang sama, rasan-rasan soal yang seragam, apalagi makin lama makin banyak yang hengkang dari tempat kerjaku, berarti there is something wrong within. Kudunya sih kalo HRD-nya tanggap, pasti akan ada evaluasi menyeluruh. Lha ini HRD managernya juga mau minggat, yaa gimana ya? Jadinya ya gini ini, curhat ke sesama teman, kadang lewat blog, atau lewat sarana lain. Mau protes ke atasan, yaa susah juga kalo ternyata selama ini tidak sedikit yang bermuka dua. Kasian juga sih sama temen-temen yang udah sumpek, tapi bingung mau melangkah kemana.

Salut juga sama beberapa temen yang memang udah memutuskan out, karena fokus sama wirausahanya. Itu yang kudu aku coba, karena selama ini semangat udah ada, modal sih insya Allah udah punya, tinggal satu, berani mencoba. Karena seperti kata Purdi Candra, tuh yang punya Primagama Group, kalo mau berwirausaha, jangan mikir terlalu jauh, apalagi belum apa-apa udah mikir kolaps duluan, ya kolaps betul. Yang penting, kalo udah ada semangat, berani mencoba. Nah, itu yang aku masih kudu memupuk keberanian itu. Thanks juga buat temen-temen yang udah out dari sini, karena justru dengan begitu pencerahan dari mereka makin menambah semangatku. Ada beberapa bidang yang udah aku lirik, termasuk musik yang jadi hobiku selama ini. Sayang kan kalo dianggurin? Sekarang tinggal keberanian itu saja....

Monday, December 10, 2007

Kepala (atau Bermuka) Dua?

Pernah dengar pepatah Raja Alim Raja Disembah, Raja Lalim Raja Disanggah? Biasanya itu ada di dalam dongeng saja. Tapi toh ternyata itu ada di kehidupan nyata. Beberapa kali saya temui, temen-temen dimanapun mereka bekerja, selalu mengeluh dengan atasannya, yang katanya sulit sekali ditebak. Karena pada awalnya punya peraturan dilarang merokok misalnya, eeh ternyata dengan santainya si pimpinan, yang notabene harus kasih contoh pada anak buahnya, malah jedal-jedul dengan cerutu Marokonya. Itu yang kerapkali terjadi. Padahal seperti yang sering dibilang para pakar, para pengamat, mulai dari pengamat sosial, budayawan, sampai tokoh agama, contoh atau panutan itu sangat perlu diberikan, terutama dari mereka yang punya kekuasaan, mereka yang punya power untuk berbuat sesuatu.

Di zaman Rasulullah Nabi Muhammad SAW, contoh yang sangat sepele, adalah ketika seorang abdi atau pembantu kalo di jaman sekarang, menceritakan betapa rumah tangga Rasulullah adalah sebuah rumah tangga idaman, sebuah keluarga dambaan setiap orang, yang tiap kali nikah selalu berharap keluarga sakinah mawadah warahmah. Si pembantu ini cerita, selama beberapa tahun mengabdi, belum pernah sekalipun dia mendengar Rasulullah misuhi istrinya. Bahkan berkata-kata kasar sekalipun tidak pernah dilakukannya. Apalagi yang namanya piring terbang dan gelas melayang. Itu di rumah tangga. Di kehidupan sehari-harinya, beliau selalu kasih contoh apa yang akan dia sabdakan, apa yang akan dia katakan untuk umatnya.

Kalo ditempat kita, seringkali kita dengar kata-kata disiplin, sejatinya itu kan harus bisa tumbuh dari dalam diri kita sendiri. Dan tentunya untuk itu, butuh contoh yang nyata dari pemimpinnya. Memang sih kita jangan terus bergantung pada pemimpin, supaya kita bisa mengembangkan hidup mandiri. Tapi kalo tidak begitu, buat apa pemimpin diciptakan? Nah, kalo ada bos yang bilang sama bawahannya, masuk jam 8 kerja, tapi ternyata si bos jam 11 baru dateng, jangan salahkan kalau ternyata nanti ada anak buahnya yang berani berbuat serupa. Kalo bosnya marah, yaa seharusnya dia introspeksi sendiri, kenapa sampai ada yang seperti itu. Anthony Dio Martin seorang motivator bisnis pernah mengatakan, kalo memang ada karyawan yang bermasalah, atau dianggap bermasalah, selidiki dulu, ada apa dengan dia? Atau jangan-jangan gayanya dalam mengerjakan sesuatu memang beda dengan kita. Masalahnya, meski udah banyak pakar yang bicara seperti itu, tetap saja yang namanya bos is bos, dia tetap adalah seorang yang berkuasa, dan dengan kekuatannya itu, dia bisa seenaknya menekan siapapun yang dia inginkan. Padahal seharusnya, dengan kekuatan potensial seperti itu, bisa dipakai untuk menggerakkan sebuah pembaruan, berupa contoh kedisiplinan, atau patuh pada peraturan, dan tidak menerapkan standar ganda. Ingat!! Kalau udah standar ganda, berarti sama seperti lagunya Gong 2000. Nggak ada bedanya dengan kepala dua. Bedanya adalah pada jumlah kepalanya saja. Pemikiran sih sama...