Monday, December 10, 2007

Kepala (atau Bermuka) Dua?

Pernah dengar pepatah Raja Alim Raja Disembah, Raja Lalim Raja Disanggah? Biasanya itu ada di dalam dongeng saja. Tapi toh ternyata itu ada di kehidupan nyata. Beberapa kali saya temui, temen-temen dimanapun mereka bekerja, selalu mengeluh dengan atasannya, yang katanya sulit sekali ditebak. Karena pada awalnya punya peraturan dilarang merokok misalnya, eeh ternyata dengan santainya si pimpinan, yang notabene harus kasih contoh pada anak buahnya, malah jedal-jedul dengan cerutu Marokonya. Itu yang kerapkali terjadi. Padahal seperti yang sering dibilang para pakar, para pengamat, mulai dari pengamat sosial, budayawan, sampai tokoh agama, contoh atau panutan itu sangat perlu diberikan, terutama dari mereka yang punya kekuasaan, mereka yang punya power untuk berbuat sesuatu.

Di zaman Rasulullah Nabi Muhammad SAW, contoh yang sangat sepele, adalah ketika seorang abdi atau pembantu kalo di jaman sekarang, menceritakan betapa rumah tangga Rasulullah adalah sebuah rumah tangga idaman, sebuah keluarga dambaan setiap orang, yang tiap kali nikah selalu berharap keluarga sakinah mawadah warahmah. Si pembantu ini cerita, selama beberapa tahun mengabdi, belum pernah sekalipun dia mendengar Rasulullah misuhi istrinya. Bahkan berkata-kata kasar sekalipun tidak pernah dilakukannya. Apalagi yang namanya piring terbang dan gelas melayang. Itu di rumah tangga. Di kehidupan sehari-harinya, beliau selalu kasih contoh apa yang akan dia sabdakan, apa yang akan dia katakan untuk umatnya.

Kalo ditempat kita, seringkali kita dengar kata-kata disiplin, sejatinya itu kan harus bisa tumbuh dari dalam diri kita sendiri. Dan tentunya untuk itu, butuh contoh yang nyata dari pemimpinnya. Memang sih kita jangan terus bergantung pada pemimpin, supaya kita bisa mengembangkan hidup mandiri. Tapi kalo tidak begitu, buat apa pemimpin diciptakan? Nah, kalo ada bos yang bilang sama bawahannya, masuk jam 8 kerja, tapi ternyata si bos jam 11 baru dateng, jangan salahkan kalau ternyata nanti ada anak buahnya yang berani berbuat serupa. Kalo bosnya marah, yaa seharusnya dia introspeksi sendiri, kenapa sampai ada yang seperti itu. Anthony Dio Martin seorang motivator bisnis pernah mengatakan, kalo memang ada karyawan yang bermasalah, atau dianggap bermasalah, selidiki dulu, ada apa dengan dia? Atau jangan-jangan gayanya dalam mengerjakan sesuatu memang beda dengan kita. Masalahnya, meski udah banyak pakar yang bicara seperti itu, tetap saja yang namanya bos is bos, dia tetap adalah seorang yang berkuasa, dan dengan kekuatannya itu, dia bisa seenaknya menekan siapapun yang dia inginkan. Padahal seharusnya, dengan kekuatan potensial seperti itu, bisa dipakai untuk menggerakkan sebuah pembaruan, berupa contoh kedisiplinan, atau patuh pada peraturan, dan tidak menerapkan standar ganda. Ingat!! Kalau udah standar ganda, berarti sama seperti lagunya Gong 2000. Nggak ada bedanya dengan kepala dua. Bedanya adalah pada jumlah kepalanya saja. Pemikiran sih sama...

1 comment:

RheNdRa said...

Saya hanya bisa berdoa, semoga ada judul film Hidayah terjadi;

" Pimpinan bermuka dua, mati tersambar petir, mulut keluar lintah dan dubur bernanah "

jeglerrrrrrrrrr (sound petir)

wehehehee