Tuesday, January 27, 2009

Malaikat Juga Tahu

Semalam pas lagi sepeda motoran sendiri mau beli majalah, plus sekalian ke dokter buat meriksakan batuk yang udah sebulan ini mampir ndak pulang-pulang, iseng aku rengeng-rengeng ndak juntrung. Tapi ujung-ujungnya malah nyanyi lagunya Dewi Lestari yang judulnya Malaikat Juga Tahu.

Entah kenapa begitu kena bagian reffrainnya, tiba-tiba aku jadi sentimentil. Segala kenangan bareng nyonya semasa pacaran sampe sekarang udah punya bidadari mungil, tiba-tiba muncul lagi. Dan yang muncul adalah, sosok istriku yang terimajinasi sebagai malaikat tak bersayap itu. Bukan berarti istriku ndak rupawan lho! Hehehe!

Entah kenapa, tau-tau bayang-bayang yang muncul juga berupa sosok diriku yang masih suka menyendiri kala sudah beberapa bulan menikah. Masih kebawa suasana bujangan dulu sih! Mengingat itu semua, mendadak muncul rasa berdosa pada belahan jiwaku ini, karena aku sering asyik sendiri, entah berinternet ria, maupun dengan kegiatan musikku. Memang aku sudah bisa beradaptasi dengan kehidupan baruku. Tapi begitu tadi iseng nyanyiin Malaikat Juga Tahu, kok yang muncul malah bayang-bayang seperti ini.

To my honey sweety... Maafkan aku... Memang benar kaulah juaranya. Juara yang sejati.... Luv yu 4ever...

Tuesday, January 20, 2009

Antara Barack Obama dan Bob The Builder

Dinihari ini jam 00.15, saya juga termasuk diantara jutaan pasang mata yang menjadi saksi sejarah dilantiknya seorang Presiden baru bagi Amerika Serikat. Ya, tentu teman-teman sudah tidak asing lagi dengan sosok langsing berkulit hitam, dan pernah mengenyam SD di Menteng Jakarta. Barack Husein Obama, akhirnya resmi menjadi Presiden Amerika Serikat ke-44, dan menjadi orang kulit hitam pertama dalam sejarah pemerintahan Amerika, yang menjadi pemimpin negara.

Kalau teman-teman mengikuti proses Obama sejak dia mulai muncul mencalonkan diri, berkampanye, debat sengit, sampai akhirnya terpilih menjadi Presiden Amerika, ada satu hal yang menarik perhatian saya, yaitu slogannya yang berbunyi Yes We Can.

Omong-omong soal slogan ini, saya tiba-tiba teringat dengan sesosok tukang bangunan yang selalu lekat dengan helm proyek dikepalanya, dan punya beberapa kendaraan proyek yang bisa bicara. Memang ini bukan tokoh manusia betulan, ini hanyalah kartun hehehe! (seperti warningnya Space Toon). Lebih tepatnya, sosok animasi tanah liat atau clay yang bernama Bob The Builder.

Terus, apa hubungannya Bob The Builder dan Barack Obama? Pertama, jelas namanya sama-sama berawalan huruf B, hehehe! Kedua, slogan yang dipakai Obama dengan Yes We Can-nya, sama persis dengan slogan si Bob dalam menyelesaikan tugas membangunnya. Tiba-tiba aja terlintas, jangan-jangan Obama dapet ide slogan kampanyenya, gara-gara habis liat film ini bareng sang anak? Wallahualam. Yang jelas, optimisme Obama dalam pidato pelantikannya tadi, menyiratkan sebuah kesamaan dengan Bob The Builder. Bedanya, Bob sudah bertindak dengan karya-karya bangunannya, sedangkan Obama baru akan bertindak.

Can he build a new America as he promised on the inaugural speech? Can he build a new era of better relationship especially with muslim countries? Can he build the economics of America that has fallen in recent years? Can he build new peace for middle east? We are the witness of his action about to be done.

Wednesday, January 07, 2009

Sebuah Pelajaran Dari Seorang Sopir Taksi

Tadi pagi baca Jawa Pos terbitan hari ini, pandangan saya tertumbuk pada sebuah kisah tentang seorang konglomerat besar, dengan penghasilan lebih dari 100 triliun Rupiah dan masuk daftar ke-94 orang terkaya di dunia versi majalah Forbes. Bukan perkara jumlah uangnya yang bikin saya terbelalak, karena toh nilai kekayaannya masih jauh dibawah Seikh Mansour, seorang triliuner asal Uni Emirat Arab sekaligus pemilik baru klub Liga Inggris Manchester City, dengan nilai kekayaan 245 triliun Rupiah lebih. Yang bikin saya ternganga dan nggak habis pikir, si Adolf Mercke nama konglomerat itu, justru telah mengakhiri hidupnya secara tragis, dengan menabrakkan diri ke kereta api yang lewat di dekat rumahnya. Rumah si konglomerat ini memang dekat dengan rel kereta api, tapi tentu saja keluarganya tidak pernah menyangka, salah satu pemilik saham Volkswagen ini mengakhiri hidupnya setragis itu.

Kenapa dia sampai tega mencabut nyawanya sendiri? Padahal sang malaikat pencabut nyawa sendiri mungkin masih belum ditugasi Tuhan buat mencabut nyawa sang konglomerat. Ternyata jawabannya adalah, Mercke sangat shock dengan krisis global yang sekarang melanda dunia, karena dengan munculnya krisis yang berawal dari kasus kredit macet perumahan di Amerika Serikat itu, ternyata berimbas pada jatuhnya nilai saham di bursa efek untuk berbagai jenis usaha dan hampir semua perusahaan yang go public. Menurut keterangan anggota keluarganya, Mercke mendedikasikan hidupnya untuk keluarga dan juga perusahaannya. Apalagi dia mewarisi beberapa perusahaan dibidang farmasi dari ayahnya. Belum lagi usaha-usaha lain seperti grosir farmasi dan juga kepemilikan mayoritas sahamnya Volkswagen.

Ternyata, Mercke tidak sendirian. 5 Januari kemarin juga ada Steven Good, taipan real estat Amerika Serikat. Dia ditemukan meninggal di hutan dekat Chicago. Dugaan yang muncul, dia tewas akibat tidak kuat kena krisis. Ini juga bukan kasus pertama, karena sejak krisis global mulai memukul perekonomian dunia akhir tahun lalu, ada beberapa nama lain yang memilih mengakhiri hidupnya karena merasa tidak sanggup mengatasi krisis finansial yang menimpanya. Salah satu diantaranya adalah Thierry De La Villehuchet, seorang manajer investasi asal Perancis.

Begitu baca semua informasi yang dimuat Jawa Pos pagi tadi, terus terang saya tiba-tiba teringat obrolan saya dengan seorang sopir taksi, waktu saya menumpang dari rumah mertua di Sidosermo menuju ke Perak. Ketika saya naik, sang sopir - mohon maaf saya lupa namanya - baru saja mengganti ban taksinya yang bocor waktu ditinggal sholat Ashar. Begitu roda-roda taksi bergulir, obrolanpun mengalir dengan lancar. Sang sopir yang ternyata rumahnya nggak jauh dari rumah orangtua saya di kawasan Perak, bercerita kalau saya adalah penumpang keduanya hari itu, sesudah pertama kali dapet tarikan penumpang cuma sepuluh ribu Rupiah!!!

Meskipun bilang baru dapet sepuluh ribu, tapi tidak nampak wajah ngersulo atau sambat alias bersungut-sungut dan cemberut, ekspresi normal sebagian besar sopir taksi yang pernah saya naiki mobilnya. Yang ada malah dia menyatakan sangat bersyukur dengan kondisinya yang sekarang. "Yang penting Tuhan selalu ngasih saya dan keluarga kesehatan dan keselamatan dunia dan akhirat. Rezeki sih sudah diatur mas sama Yang Di Atas. Kalau disyukuri, pasti rezeki itu akan barokah, berapapun besarnya," begitu kalimat yang meluncur dengan lancar dari bibirnya yang berkumis dan berjenggot sedang itu. Saya sendiri sampai terhenyak di kursi belakang, asli heran dengan sikapnya yang bertolak belakang dengan sopir-sopir taksi yang selama ini saya temui. Apalagi si sopir kemudian bercerita, kalau dia harus menghidupi dua keluarga, keluarganya sendiri dengan dua anak, dan orangtuanya yang tinggal di kawasan Mojokerto. Dan dia sudah narik sejak masih bujangan, sampai sekarang anak terkecilnya sudah kelas 2 SD. Semua diceritakannya tanpa sedikitpun saya dengar nada menyesal atas pilihannya menjadi seorang sopir taksi. Yang ada malah dia bercerita tentang keajaiban-keajaiban yang ditemuinya setiap kali dia selesai sholat di masjid dekat dengan tempatnya ngetem, dimanapun berada. Salah satunya, ketika dia baru selesai ibadah dan akan menuju mobilnya, ternyata dia melihat sudah ada penumpang yang bahkan rela nungguin dia sholat sampai selesai. Selain itu, dia juga banyak cerita tentang anak-anaknya yang sudah pada hampir khatam Al Quran. Dia juga cerita tentang teman-temannya yang terlalu asyik bekerja untuk menumpuk penghasilan, begitu sudah dapat banyak, ternyata yang ada dia malah jatuh sakit, sehingga bahkan harta yang ditumpuknya tidak cukup untuk membayar biaya rumahsakit. Sampai-sampai dia pernah ditanya beberapa teman sesama sopir taksi, kenapa dia selalu tampak tenang, tidak pernah mengeluh, bahkan pasang tampang masam pun tidak pernah. Semua diceritakan pada saya dengan kalimat yang sangat menyentuh. Dan itu benar-benar pengalaman hidupnya sendiri.

Bayangkan teman-teman!! Seorang sopir taksi dengan penghasilan yang nggak menentu, bahkan seringkali harus tekor karena tidak memenuhi target setoran dalam sehari, ternyata bisa bersikap sangat tenang, dan mampu menghidupi istri, dua anak, dan orangtuanya yang hidup berlainan kota, tanpa harus merasa kerepotan dan kemudian mengeluh apalagi sampai mengumpat dan kemudian menyalahkan situasi dan keadaan. Semua dijalaninya dengan ikhlas dan  tenang. Membayangkan dan membandingkan kisah para taipan yang bunuh diri di Jawa Pos tadi pagi, dengan kisah hidup seorang sopir taksi yang saya tumpangi mobilnya kemarin, tanpa terasa air mata saya menetes. Saya seperti disadarkan bahwa ternyata masih banyak orang-orang yang bergelimang harta, tapi bahkan dia tidak tahu untuk apa sebenarnya harta itu ditumpuk setinggi dan sebanyak mungkin. Dan juga ternyata, masih banyak orang-orang yang hidupnya jauh, sangat jauh lebih susah dari para taipan dengan kekayaan triliunan Rupiah, tapi mereka bisa sangat tenang menghadapi hidup ini, bahkan mereka tidak pernah berpikir bagaimana mencari uang lebih banyak, tapi lebih berpikir bagaimana mencari bekal untuk kelak hidup di kehidupan yang lebih kekal nantinya. Sesampai saya dirumah orangtua di Perak, sesudah menyapa orang rumah, saya langsung wudhu, sholat, dan saat itulah saya nggak bisa menahan airmata. Saya sangat bersyukur dapat kesempatan mengenal sosok pak sopir taksi yang sangat sederhana, bersahaja, tapi sangat kaya pandangannya tentang hidup, jauh melebihi kekayaan para triliuner yang berlimpah ruah itu, tapi kemudian bunuh diri hanya karena kehilangan sebagian kecil dari hartanya.

Life is more than just money and wealth friends......

Tuesday, January 06, 2009

Just Wait For Your Doom

Maunya sih aku cerita soal perjalananku dari Surabaya ke Jakarta via Pantura, dan kembali lewat jalur Selatan. Tapi pas liat tivi dan ada perkembangan tentang serangan brutal Israel yang udah menewaskan lebih dari enam ratus orang, dengan dominasi wanita dan anak-anak, pikiranku langsung berubah, dan jadi pengen nulis tentang negeri jahanam itu.

Dulu pas masih jadi news writer di SS, aku selalu amati dari waktu ke waktu. Ada satu hal yang kayaknya udah jadi warisan turun-temurun dari Israel, yaitu sifat membangkang dan ingkarnya. Sejak jaman nabi Musa dulu, Israel dan Samirinya (yang kalau menurut bukunya Muhammad Isa Dawud tentang Dajjal, dialah si Dajjal itu) memang sudah seperti itu. Baru ditinggal Musa sebentar ke gunung Sinai untuk menghadap Allah, ternyata mereka sudah ingkar dengan Allah, dan malah menyembah patung sapi buatan Samiri, yang konon bisa bersuara.

Ketika nabi Musa meninggal, semua ajarannya dilupakan. 10 perintah Allah justru diputar balik, dan hari Sabtu atau Sabat yang seharusnya menjadi hari beribadah, diubah jadi hari plesir, ya seperti kita kalau malam mingguan gitu deh!

Nah, setelah saya ingat-ingat, perkembangan dari tahun ke tahun, setiap kali ada gencatan senjata, selalu saja Israel menjadi negara pertama yang melanggarnya, dengan berbagai dalih. Terakhir waktu mereka gencatan senjata dengan Hamas beberapa waktu lalu, ternyata Israel juga yang pertama menyerang Hamas. Pantas saja kalau Hasan Nasrallah pemimpin Hizbullah menyatakan perang waktu Israel beralasan Hizbullah harus dihancurkan karena menculik dua perwira militernya, dan negeri Yahudi itu langsung membombardir Lebanon zonder permisi.

Pantas juga kalo seorang Mahmoud Ahmadinejad Presiden Iran pernah menyatakan, Israel harus dihapus dari peta dunia, karena sebenarnya segala tindakan Israel sudah layak dibalas dengan pembumihangusan tanah mereka. Apalagi Quran dan Injil juga menyebutkan, Israel nantinya seperti ladang anggur yang siap dituai. Ini juga ada di buku berjudul Armageddon, sebuah karya tentang akhir kebrutalan Israel berdasarkan penelitian pada Quran dan Injil.

Entah karena sudah ditakdirkan begitu, atau memang mereka sendiri yang minta, yang jelas sepanjang saya dulu tugas di newsroom SS, ada 2 hal inti yang selalu mereka lakukan, dan itu ternyata kalo ditarik garis ke sejarah, sudah terjadi bahkan sebelum mereka dibawa nabi Musa keluar dari Mesir yang ketika itu dipimpin Firaun Ramses 3. Kedua hal itu adalah pembangkangan dan pengingkaran.

Memang kita ndak pernah tahu kapan dunia ini akan berakhir. Tapi setidaknya, yang disebut tanda-tanda zaman akan berakhir sudah mulai bermunculan. Entah sampai kapan agresi biadab The Real Fuckin' Damn Bastard Terrorist Israel akan berhenti, tapi saya berharap kalau toh ini termasuk pertanda akhir zaman, justru saya ingin kalimat dalam kitab suci, dimana Israel akan menjadi kebun anggur yang dipanen musuh-musuhnya jadi kenyataan. Ben mampus iku zionis asu! Nambeng ae dikandani negoro sak dunyo. Mentang-mentang onok Ameri'fuckin'ka. Just wait for your doom soon!

Just Wait For Your Doom

Maunya sih aku cerita soal perjalananku dari Surabaya ke Jakarta via Pantura, dan kembali lewat jalur Selatan. Tapi pas liat tivi dan ada perkembangan tentang serangan brutal Israel yang udah menewaskan lebih dari enam ratus orang, dengan dominasi wanita dan anak-anak, pikiranku langsung berubah, dan jadi pengen nulis tentang negeri jahanam itu.

Dulu pas masih jadi news writer di SS, aku selalu amati dari waktu ke waktu. Ada satu hal yang kayaknya udah jadi warisan turun-temurun dari Israel, yaitu sifat membangkang dan ingkarnya. Sejak jaman nabi Musa dulu, Israel dan Samirinya (yang kalau menurut bukunya Muhammad Isa Dawud tentang Dajjal, dialah si Dajjal itu) memang sudah seperti itu. Baru ditinggal Musa sebentar ke gunung Sinai untuk menghadap Allah, ternyata mereka sudah ingkar dengan Allah, dan malah menyembah patung sapi buatan Samiri, yang konon bisa bersuara.

Ketika nabi Musa meninggal, semua ajarannya dilupakan. 10 perintah Allah justru diputar balik, dan hari Sabtu atau Sabat yang seharusnya menjadi hari beribadah, diubah jadi hari plesir, ya seperti kita kalau malam mingguan gitu deh!

Nah, setelah saya ingat-ingat, perkembangan dari tahun ke tahun, setiap kali ada gencatan senjata, selalu saja Israel menjadi negara pertama yang melanggarnya, dengan berbagai dalih. Terakhir waktu mereka gencatan senjata dengan Hamas beberapa waktu lalu, ternyata Israel juga yang pertama menyerang Hamas. Pantas saja kalau Hasan Nasrallah pemimpin Hizbullah menyatakan perang waktu Israel beralasan Hizbullah harus dihancurkan karena menculik dua perwira militernya, dan negeri Yahudi itu langsung membombardir Lebanon zonder permisi.

Pantas juga kalo seorang Mahmoud Ahmadinejad Presiden Iran pernah menyatakan, Israel harus dihapus dari peta dunia, karena sebenarnya segala tindakan Israel sudah layak dibalas dengan pembumihangusan tanah mereka. Apalagi Quran dan Injil juga menyebutkan, Israel nantinya seperti ladang anggur yang siap dituai. Ini juga ada di buku berjudul Armageddon, sebuah karya tentang akhir kebrutalan Israel berdasarkan penelitian pada Quran dan Injil.

Entah karena sudah ditakdirkan begitu, atau memang mereka sendiri yang minta, yang jelas sepanjang saya dulu tugas di newsroom SS, ada 2 hal inti yang selalu mereka lakukan, dan itu ternyata kalo ditarik garis ke sejarah, sudah terjadi bahkan sebelum mereka dibawa nabi Musa keluar dari Mesir yang ketika itu dipimpin Firaun Ramses 3. Kedua hal itu adalah pembangkangan dan pengingkaran.

Memang kita ndak pernah tahu kapan dunia ini akan berakhir. Tapi setidaknya, yang disebut tanda-tanda zaman akan berakhir sudah mulai bermunculan. Entah sampai kapan agresi biadab The Real Fuckin' Damn Bastard Terrorist Israel akan berhenti, tapi saya berharap kalau toh ini termasuk pertanda akhir zaman, justru saya ingin kalimat dalam kitab suci, dimana Israel akan menjadi kebun anggur yang dipanen musuh-musuhnya jadi kenyataan. Ben mampus iku zionis asu! Nambeng ae dikandani negoro sak dunyo. Mentang-mentang onok Ameri'fuckin'ka. Just wait for your doom soon!