Wednesday, September 17, 2008

MUDIK YOOOK!!!

Gara-gara habis keliling situs-situsnya temen-temen dan ngobrol dengan salah satu temen tentang sekilas rencana mudik, jadi inget kalau yang namanya mudik itu merupakan sebuah ritual yang setiap tahun dilakukan masyarakat Indonesia, nggak cuma di Jawa saja, tapi juga di berbagai daerah. Namanya saja ritual masyarakat Indonesia, jadi dimanapun berada, asal masih bernama NKRI, jelas mereka pasti mengalami, atau minimal ikut merasakan gegap-gempita alias euforia fenomena setahun sekali ini.

Memang sih, acara yang satu ini selalu bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri yang menjadi bagian tak terpisahkan dari umat Islam. Disaat inilah umat Islam (yang beriman) merayakan kemenangannya atas perjuangan melawan hawa nafsu di bulan Ramadhan selama 30 hari. Tidak cuma menahan lapar dan haus, tapi juga segala nafsu yang lain, termasuk nggosip (hayooo...pada nonton infotainment nggak?? hehehe!!). Dibilang untuk yang beriman, karena kan udah tertulis tuh di Al Qur'an surah Al Baqarah 183. Bunyi pertamanya aja udah Hai orang-orang yang beriman.....

Saya sudah coba merunut mulai kapan peristiwa mudik itu terjadi, tapi sampai beleken melototi sejarah ritual yang satu ini di berbagai situs, tetap saja tidak ditemukan, siapa sih yang mulai bikin acara seperti ini, dan kapan acara itu dilangsungkan pertamakali. Sudahlah, mungkin itu jadi bagian yang tidak perlu dibahas terlalu dalam. Yang penting, mau Lebaran mudik, titik!!

Dan kalau sudah berhadapan dengan kata mudik, jelas fenomena yang terbayang adalah riuh rendahnya orang melakukan persiapan, nggak peduli muslim atau bukan, yang penting kalau sudah ketemu Lebaran, pasti mudik dan silaturahim di jalan. Memang saya amat jarang sekali melakukan ritual ini, karena memang sudah terlalu sering bolak-balik Surabaya-Bandung, tempat asal ayah saya, dan itu selalu menggunakan transportasi umum seperti kereta api atau pesawat. Dan begitu ngerasain sendiri sebuah perjalanan Surabaya-Jakarta nyetir sendiri dengan mobil sekitar 8 tahun lalu untuk pertamakalinya, baru deh terasa betapa mengasyikkannya memang, sebuah ritual yang bernama mudik itu. Biarpun memang harus umpel-umpelan dengan pengendara lain, dan tidak jarang harus menahan diri karena ulah beberapa pengendara yang slonong boy zonder permisi alias ugal-ugalan dalam berlalu-lintas, tidak membuat nyali saya, adik, dan dua sepupu saya waktu itu, untuk reli wisata dari Surabaya ke Jakarta (reli wisata? maksudnyaa...?? )

Ngomong-ngomong tentang persiapan mudik, sekarang sudah mulai terasa banget, terutama karena beberapa media otomotif negeri ini sudah mulai menyertakan peta, atau booklet tentang persiapan-persiapan kendaraan menjelang mudik sampai pasca mudik, termasuk persiapan pengemudi dan tentu keluarga yang dibawa. Mulai dari sekedar cek mesin, ganti oli, ganti fast moving seperti kampas rem, busi, atau kampas kopling, sampai persiapan kalau-kalau pas ngisi bengsin ditengah perjalanan, dapet yang kualitasnya buruk. Tentu memang harus diingat, kalau memakai cairan atau alat peningkat kualitas bahan bakar, harus dilihat secara jeli. Kalau yang berbentuk cair, pastikan isinya tidak mengandung timbal, sehingga kendaraan anda, terutama mobil, yang menggunakan catalytic converter alias penyaring gas buang untuk mobil berbahan-bakar bensin tanpa timbal, tidak sampai rusak karena unsur timah yang memang jadi biang penyumbat alat satu ini. Kalau yang berbentuk alat, pastikan juga kualitasnya mumpuni, dan sesuai dengan klaim pabriknya. Atau kalau bingung, silakan cari referensinya di media-media otomotif yang beredar di negeri ini. Menjelang Lebaran, pasti deh media seperti ini, termasuk radio dan televisi, berlomba-lomba menampilkan persiapan mudik sebagai menu utamanya.

Fenomena mudik yang kedua, coba aja tengok di mal atau pusat perbelanjaan. Sekarang udah makin banyak tawaran-tawaran diskon, mulai dari yang cuma sepuluh persen, sampai yang nyaris gratis. Dan lagi, pernak-pernik yang ditawarkan juga beragam. Mulai baju koko, mukena, busana muslim, sampai busana anak-anak. Belum lagi aksesoris-aksesoris lain yang kira-kira bisa mempercantik penampilan pas pulang ke ndesa masing-masing, plus makanan-makanan ringan dalam bentuk eceran maupun yang sudah kemasan dalam parcel.

Kalau sudah berjumpa momen seperti ini, jujur saya merasakan ada sesuatu yang berbeda, sangat menyenangkan dan sangat menggairahkan (awas jangan ngeres, hehehe!). Apalagi insya Allah tahun ini saya juga termasuk yang melakukan ritual mudik (lagi), biarpun bukan lagi ke Bandung atau Jakarta tempat orangtua saya bermukim sekarang. Untuk tahun ini, saya bakal mudik ke kampung halaman mertua di kawasan Brebah Sleman Jogjakarta, sekaligus ngenalin putri saya ke keluarga yang ada disana. Sejak lahir sih memang dia belum pernah kesana, kecuali ke kampung halaman mbah putrinya di Jatirogo Tuban sekitar 3 tahun lalu. Tapi memang dulu pas habis nikah, waktu istri masih hamil 3 bulan (dan tentunya masa itu dianggap masa paling rawan, karena itu adalah anak pertama), pernah saya ajak ke Jogjakarta bareng adik sepupu saya. Cuma bertiga memang, karena waktu itu mertua lagi mudik ke Jatirogo. Alhamdulillah nggak ada masalah, dan mudah-mudahan bidadari mungil saya yang sekarang udah TK ini tetap sehat sampai pulang lagi, amiiinn.... Apalagi beberapa kali ke Jatirogo yang juga merupakan perbatasan Jawa Timur - Jawa Tengah ini, fisiknya juga bagus.

Persiapan? Tentu dong! Terutama karena akan menempuh perjalanan sejauh kurang lebih 450 kilometer, tentunya butuh preparasi yang oke punya. Berhubung sekarang sudah nggak terikat waktu kerja lagi, jadinya saya punya waktu jauh lebih banyak buat siap-siap. Mula-mula, bangku tengah mobil saya lengserkan paksa tanpa mereka bisa protes. Dan sesudah ukur sana ukur sini, kasur busa dikamar yang jumlahnya dua biji, saya ambil satu, saya potong sedikit, menyesuaikan ukuran kabin mobil, dan simsalabim!! Jadi deh tempat selonjoran dan berbaring yang nyaman buat mudik nanti. Buat pengisi ruang kosong di pijakan kaki, karena sasis tangga yang dianut mobil saya membuat konstruksi bangku tengah dan belakang bertingkat, saya isi pakai potongan busa kasur yang saya ambil tadi. Sengaja saya nggak copot bangku belakang, biar nanti kalau muat barang banyak nggak sampai kebrukan alias kejatuhan. Nggak enak banget kan kalo pas enak-enak jalan kepala pada benjol kejatuhan koper? hehehe!

Berikutnya, mulai ngumpulkan peranti yang perlu dibawa, seperti busi cadangan, peralatan buat mempercantik mobil seperti lap mikrofiber, chamois, shampo mobil, sampai pemoles dan pembersih kacanya, plus dua botol octane booster yang punya fungsi ganda sekaligus sebagai fuel conditioner, biar kalau pas ngisi ditengah jalan, dan dapet bensin yang kualitasnya nggak bagus, masih bisa diminimalisir dampak buruknya ke mesin. Next step, saya mau ganti oli mesin dan transmisi, karena kebetulan juga dari catatan perawatan, sudah waktunya cairan-cairan ini diganti, termasuk filter oli dan filter udaranya. Selain itu, saya juga udah nyiapin radiator coolant buat gantiin yang udah lama ngendon di radiator, sekaligus saya kuras radiatornya. Kemudian, saya juga udah ancang-ancang buat nyetel ulang remnya, karena waktu tune up di awal bulan, sama mekanik udah dibilangin kalo kampas remnya masih bagus. Oya, wiper juga saya ganti, karena memang pas sudah waktunya, dan itu bisa dilihat dari kualitas sapuannya ke kaca yang sudah nggak begitu bersih lagi, apalagi menurut prakiraan cuaca BMG, Lebaran bakal berlangsung ditengah cuaca pancaroba, dimana hujan bisa turun dengan tiba-tiba ditengah panas terik yang menyengat. Oke, persiapan mobilnya udah selesai, tinggal masukin peralatan macam tool kit, P3K, dan dongkrak buaya. Dasar udah hobi, apalagi dulu pernah jadi host dan produser acara Bincang Otomotif di Radio Suara Surabaya, alhamdulillah jadinya segala persiapan itu otomatis sudah saya lakukan dengan sendirinya.

Disaat persiapan ini, bapak mertua saya juga bilang, sebelum ke Jogja, nanti mampir ke Jatirogo dulu jemput embah putri istri saya, karena terakhir kali beliau ke Jogja ya sudah lebih dari 30 tahun lalu, waktu pas mantu dulu. Insya Allah saya sekeluarga bakal berangkat sekitar H-3, dan lanjut ke Jogja sehabis sholat Id. Memang sih Lebarannya juga masih jauh. Tapi daripada saya gedandapan alias kalang-kabut dan akhirnya nabrak sana-sini buat persiapan, lebih baik saya lakukan dari sekarang. Toh, putri saya malah seneng karena sekarang mobilnya udah bisa dipake tidur dengan nyaman. Lagipula, daya angkutnya tetap bisa muat 8 orang. Bahkan minggu lalu pernah rekor 12 orang sekaligus, mirip angkot, hehehehe!

So, buat teman-teman yang memang mau pulang ke kampung halaman, ada baiknya sekarang udah mulai nyicil persiapannya, mumpung masih ada 12 hari lagi. Ingat, 12 hari itu nggak kerasa lho! Buktinya, nggak kerasa juga kan kalau ternyata puasa kita udah masuk hari ke-18 (persis pas saya nulis blog ini). Kalau nanti udah pada terima THR, kan enak tuh tinggal melengkapi yang masih kurang, asal jangan terlalu banyak aja. Ingat juga, kecelakaan di jalan sering terjadi karena pada saat mudik, mobil dan sepedamotor kita sering dapet siksaan tambahan dengan bawaan berlebihan, bahkan sampai harus ditaruh diatas atap, atau kalau yang sepedamotor, para mudikers sampai harus pasang penyangga tambahan dibelakang boncengan, supaya bisa bawa barang banyak. Dengan kondisi ini, pengendalian juga jadi tidak sestabil biasanya, dan tentunya beresiko membuat perjalanan ke kampung halaman anda, jadi perjalanan menuju rumahsakit dan kuburan. Jadi, pertimbangkan segala sesuatu, dan tetap hati-hati di jalan. Ingat! Di jalan pun kita juga berinteraksi dengan sesama pengendara, sehingga saling toleran juga sangat dibutuhkan, disamping kita harus pintar-pintar meredam emosi supaya nggak terpancing dengan ulah sebagian pengendara yang ugal-ugalan.

No comments: