Hmmm...kadang-kadang lucu juga kalau kita sudah tidak lagi berpijak di suatu tempat, terus pada suatu ketika kita ingin tahu bagaimana kondisi atau perkembangan bekas tempat kita itu. Apalagi kalau ternyata masih cukup banyak cerita yang menyangkut diri kita disana, pasti deh pengen terus ngorek bawaannya.
Kayaknya itu juga yang terjadi padaku. Dulu aku memang produser sebuah acara talkshow, dan kalau dari survei terakhirnya AC Nielsen untuk wave 3 kalo nggak salah, acara yang aku pegang dapet rating cukup lumayan, dan segmen pendengarnya pun melebar, tidak melulu cowok, tapi juga cewek. Nah, setelah aku hengkang dari situ, jelas tu acara ndak ada yang ngurusi. Terakhir kabar yang aku denger, ternyata yang jadi korban alias yang ketiban pulung adalah mantan temen setimku sendiri.
Berhubung tu anak ngakunya ndak ngerti blas soal acara yang dipegangnya, dia banyak berkonsultasi dengan para seniorennya, termasuk salah satu penyiar senior disana, yang sekarang ogah jadi produser acara itu lagi. Nah, karena aku pernah pegang acara itu, dan lagi aku dianggep ngerti banyak dan bisa membantu, akhirnya telponlah si kawan ini untuk bertanya ini-itu, dan share soal masalah yang dihadapinya. Karena teman sendiri, dan demi Allah aku ndak punya maksud tertentu, ya udah kubantu aja. Toh aku juga pengen acara yang dulu aku pegang, bakal tetap eksis dan ratingnya makin tinggi.
Sesudah itu, beberapa waktu kemudian, ternyata ni temen telpon lagi, dengan maksud dan tujuan yang sama. Aku sih ya sebatas hanya kasih usulan dan masukan aja, yang kira-kira pas. Ndak dipake pun aku samasekali ndak masalah. Nah, disaat itulah tiba-tiba kawan satu ini cerita, kalo bosnya melarang dia untuk kontak-kontak denganku lagi. Terus terang aku kaget aja denger pengakuannya. "Yang bener?" aku sampai bertanya gitu untuk meyakinkan, dan sekali lagi sang kawan membenarkannya.
Waktu aku tanya apa alasannya, temenku ini ndak bisa menjelaskan detil, karena si bos hanya minta, pokoknya kalo mau konsultasi, tanya-tanya aja sama yang didalem. Haram tanya sama orang luar, terutama aku.
Yaa it's ok kok, kalo aku dianggep musuh sama tu bos. Aku toh SAMASEKALI NDAK NGEMIS DAN MINTA MAKAN SAMA DIA!!!!! Jadi ngapain dipikirin? Aku sih cuma heran, kalo dia yang dihasut pendengarnya, malah ditanggepi dengan serius, mana pake dibawa-bawa di udara lagi. Nah, si bos(sok) ini ternyata dapet laporan ABS dari salah satu penyiar senior disitu, yang dulu adalah konco SMPnya. Wah, pokoknya setali tiga uang deh mereka!
Aku jadi kasihan sama temenku ini, dan teman-temanku yang masih didalam sana. Kapan ya mereka bisa dapet perlakuan yang lebih baik? Karena cukup banyak yang udah sambat, udah ngeluh karena tiap kali prestasi kerja mereka tidak pernah dihargai. Dalam forum rapat selalu saja yang dibahas adalah penurunan jumlah pendengar, penurunan margin keuntungan, dan masih banyak keburukan lainnya. Tidak pernah sekalipun ada pujian soal prestasi kerja karyawannya. Sebetulnya seperti yang pernah dbilang Rhenald Kazali sang pakar manajemen UI, untuk bisa memotivasi semangat para staf, salah satunya bisa dengan selebrasi kecil-kecilan. Bisa dengan pujian, ngajak makan-makan, atau reward lain. Tapi disitu? Punishment melulu yang dibahas..
Buat temen-temenku yang masih (rela?) bertahan disana, semoga Allah melindungi dan memberkahi kalian semua. Dan mengampuni dosa-dosa kalian, termasuk para sengkuni yang sudah bikin kondisi kalian makin ndak karuan, dan para pimpinannya yang ndak tau diri. Doaku selalu buat kalian friends.....
No comments:
Post a Comment