Buat orang Jakarta, mungkin ini bukan hal baru lagi. Malah bisa-bisa yang nulis ini yang dicap ndeso hehehe! Tapi buat yang diluar Jakarta, dan selama ini jarang-jarang menikmati sebagian kemegahan ibukota negara, ini tentu luar biasa.
Jujur saya juga nggak nyangka, pas dapet rekaman video dari ortu di Jakarta, tentang sebuah jam besar di sebuah mal, yang ternyata juga menjadi ikon mal tersebut. Pas ada kesempatan kesana, saya lihat sendiri, betapa indah dan mewahnya jam itu. Kalo istilah anak saya, jam ini sebutannya adalah Jam Jreng, karena memang setiap jam, penunjuk waktu ini mempertunjukkan sebuah lagu klasik, yang saya sendiri nggak tau judulnya. Lingkaran jam itu membuka keatas, dan kemudian enam buah ornamen patung yang masing-masing memegang alat musik yang berbeda, mulai bergerak dan berputar, diiringi lagu klasik yang mengalun. Lagu ini sendiri nggak begitu lama, cuma sekitar tiga menitan, tapi waktu saya lihat ke sekeliling ketika jam itu berdentang, selalu saja banyak yang melihat. Bahkan mereka yang lagi berjalan-jalan pun, tidak segan untuk sekedar berhenti, dan menengok ke arah jam itu.
Saya memang belum punya informasi mendetil tentang pembuatan jam ini. Kapan dibuat, dan bagaimana pemeliharaannya, saya belum ada kabar, tapi mungkin ada diantara teman-teman yang tau, bisa juga bagi-bagi informasi. Yang jelas, meski orang kota sudah biasa dengan mal, tapi untuk yang satu ini, rasanya anda, terutama yang belum pernah melihatnya, harus menyempatkan diri untuk datang. Jam indah ini bisa anda jumpai di Plasa Senayan Jakarta. Dilihat dari letaknya, tentu anda tahu kalau plasa yang bersegmen menengah keatas ini, ada di kawasan Senayan, dekat dengan TVRI, atau hotel Century Park, tempat para atlet biasanya menginap kalau ada turnamen atau kejuaraan nasional. Kadang-kadang saya membayangkan, gimana seandainya Surabaya juga punya yang seperti ini. Mungkin tidak perlu sama, tapi yang penting membangun sebuah ikon, sebuah tanda atau tetenger yang membedakan antara tempat satu dengan lainnya, atau minimal mal satu dengan lainnya. Biarpun sama-sama mal, tapi kalau ada ciri khas seperti ini, orang kan jadi nggak bosen dengan suguhan yang itu-itu aja. Karena kalau di mal kan, yang dilihat kalau nggak orang jual busana, ya makanan dan bioskop, plus beberapa pernik lainnya. Betul?
No comments:
Post a Comment