Rasanya semua sudah nggak asing lagi dengan dua kata yang jadi judul diatas, karena bagaimanapun itulah yang sedang terjadi di negeri ini, dan rasanya masih itu yang akan terus terjadi sampai beberapa generasi kedepan.
Menurut para sosiolog yang bisa anda baca komentarnya di berbagai media, bangsa ini termasuk bangsa yang pelupa dan mudah terbuai oleh euforia hal-hal tertentu yang sebetulnya tidak terlalu penting buat kehidupan sehari-hari. Contoh kecil mungkin bisa dilihat kalau ada pembukaan mal atau pusat perbelanjaan baru, niscaya pasti rame-rame kesana biarpun sampai dibelain nggak dapet tempat parkir, atau bahkan sampai nyerobot jatah parkir orang pun rela.
Dan itu pula yang terjadi ketika bangsa ini sedang sibuk dengan penghitungan suara Pilpres 2009, perhatian orang semuanya ada disana, terutama karena ada pertikaian antara incumbent Susilo Bambang Yudhoyono dan lawan-lawan politiknya, berupa saling tuding dan saling lontar pernyataan dan kampanye negatif. Perhatian publik sempat serta-merta teralihkan, sewaktu ada tragedi Masa Orientasi Siswa yang membawa korban meninggal, seorang siswa SMAN 16 Surabaya bernama Roy Aditya. Sontak seketika itu juga pembahasan beralih dari soal politik ke ranah pendidikan, terutama mencuatkan kembali isu perlu tidaknya MOS dilakukan di sekolah. Bahkan sampai seorang Walikota Surabaya akhirnya mengambil kebijakan untuk tidak memberlakukan MOS mulai tahun depan, dikala ada penerimaan siswa baru di sekolah manapun.
Sedang asyik-asyiknya masyarakat membahas masalah ini, termasuk mengungkit kemampuan pemerintah dalam menghentikan ploncoisme dalam MOS, tiba-tiba pada hari Jumat 17 Juli 2009 jam 7.41, publik dikejutkan dengan 2 ledakan besar yang terjadi (lagi-lagi) di hotel J.W. Mariott Mega Kuningan, disusul di hotel Ritz Carlton selang tidak sampai sepuluh menit kemudian. Padahal hotel yang tersebut terakhir ini akan dihuni para pemain Manchester United yang bakal bertanding melawan Indonesia All Star Senin 20 Juli 2009.
Perhatian serta-merta teralih kesana, membiarkan perpeloncoan yang masih terjadi di sekolah terabaikan lagi, tidak diurusi lagi, dan sibuk memfokuskan perhatian ke pemboman itu, terutama karena tragedi ini juga menarik perhatian masyarakat internasional. Bahkan paklek Obama sampai menyatakan siap membantu Indonesia dalam memerangi terorisme, meskipun mereka sendiri sebetulnya sampai saat ini masih kelabakan mencari sosok Osama Bin Laden. Awareness kita sebagai masyarakat lagi-lagi teralihkan, dari fokus terhadap upaya keluarga Roy Aditya untuk menuntut SMAN 16 Surabaya, ke ledakan yang dianggap memalukan bangsa ini di mata internasional, karena dengan begitu cap sebagai sarang teroris semakin nyata adanya. Belum lagi Presiden waktu memberikan keterangan pers malah curhat soal ancaman teroris terhadap dirinya, dengan mengatakan itu adalah data intelejen yang seharusnya bukan merupakan konsumsi publik. Lha kalo semua jadi rahasia umum, buat apa ada rahasia?
Segala hal tentang pemboman di Mega Kuningan pun menjadi topik perbincangan yang hangat bahkan cenderung panas, karena segala aspek dibahas mulai dari soal penyelidikan sampai dampak perekonomian. Apalagi pada saat itu juga sedang ada pertemuan para CEO se-Asia yang membahas tentunya tentang upaya survive ditengah krisis global, termasuk peluang berinvestasi di Indonesia. Imbas lainnya, daerah-daerah lain terutama yang ada hotel made in USA menjadi perhatian ketat dari aparat keamanan. Kawasan yang nggak ada hubungannya dengan pemboman di Jakarta jadi ikut-ikutan panik, karena takut kalau-kalau berikutnya adalah tempat mereka yang jadi sasaran.
Memang semua harus waspada, semua harus berhati-hati, terutama karena beberapa pemboman sudah terjadi di negeri ini. Tapi, melihat segala kondisi termasuk kepanikan yang kemudian menjalar ke seluruh berbagai penjuru negeri, maka kembali saya teringat lagunya Bang Haji Rhoma Irama....
Yu Fo Ria.....
Tentu gembira (gembira) ya gembira
Kalau menggapai cita-cita
Tentu berkesan (berkesan) ya berkesan
Kalau mereguk kebebasan
(Ya-o-ya-o-la-la, ya-o ya-o-la-la)
Tapi jangan sampai lupa daratan
(Ya-o-ya-o-la-la, ya-o ya-o-la-la)
Dan juga jangan sampai kebablasan
Awas jangan salah mengartikan kebebasan
Bukan bebas lepas melakukan pelanggaran
Kebebasan bagi manusia bukanlah tanpa batasan
Sebagai makhluk berbudaya kita terikat aturan
Indahkanlah norma-norma agama <> (Ha, ha, ha...)
Patuhilah rambu-rambu berbangsa <> (Ha, ha, ha...)
Hindarkanlah segala kemungkaran <> (Ha, ha, ha...)
Hentikanlah tindakan kekerasan <> (Ha, ha, ha...)
Euphoria, euphoria, euphoria, euphoria